Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Malu-malu "Herd Immunity"?

Diperbarui: 10 Juni 2020   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: detik.com

Bulan Juni 2020 ini akan menjadi tonggak sejarah baru kehidupan kita seiring pemberlakuan "new normal" pada hampir setiap aspek kehidupan. Ekonomi, sosial budaya, politik, dan berbagai sendi-sendi kehidupan lain turut terkena imbas akan adanya sebuah cara hidup baru yang sangat berbeda dengan sebelumnya. 

New normal tidak lain adalah episode lanjutan dari wacana-wacana yang telah lebih dahulu digulirkan oleh pemerintah seperti "Berdamai dengan Covid-19" ataupun pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan adanya new normal diharapkan sektor ekonomi selaku yang paling terdampak pandemi ini bisa berangsung-angsur membaik namun dengan tidak mengabaikan aspek kesehatan masyarakat.

Pemilihan PSBB oleh pemerintah dibandingkan lockdown yang diadopsi oleh beberapa negara lain didasari atas pertimbangan bahwa hal itu tidak akan terlalu berimbas buruk pada perekonomian. Namun ternyata efek yang ditimbulkannya juga termasuk parah. Entah apa yang terjadi apabila lockdown yang diberlakukan. Seiring dengan terganggunya perekonomian nasional sejak beberapa bula terakhir, langkah-langkah "reopening" Indonesia pun mulai dilakukan. 

Saat Menkopolhukam Mahfud MD "melempar" wacana pelonggaran PSBB sontak banyak kalangan mencibir hal itu. Menurut mereka gagasan itu terlalu prematur mengingat kasus persebran COVID-19 yang masih tinggi terjadinya. Pemerintah sendiri bahkan sudah memberanikan diri untuk membuka kembali mal di beberapa wilayah. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri sudah melakukan peninjauan langsung perihal kesiapan sektor-sektor strategis untuk menyambut "new normal". Kala itu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (ABW) menilai upaya membuka kembali mal di awal Juni 2020 adalah tidak lebih dari imajinasi belaka.

Namun belakangan sepertinya ABW mulai melunak perihal situasi pandemi COVID-19 di wilayah teritorinya. PSBB Transisi bulai berlaku per 5 Juni 2020. Dalam PSBB ini aktivitas ekonomi mulai diizinkan beroperasi kembali meski dengan beberapa pembatasan tertentu seperti jumlah maksimal pekerja sebanyak 50%, pemberlakuan kendaraan ganjil genap, dibukanya kembali tempat-tempat ibadah dengan permberlakuan protokol COVID-19, hingga keharusan untuk tetap mengenakan masker serta menjaga jarak sosial (social distancing). 

Meskipun per awal Juni mal belum boleh dibuka tapi ABW dalam kesempatan konferensi pers menyebutkan beberapa indikator yang menilai bahwa situasi DKI Jakarta sudah semakin membaik. Sehingga perkiraan 15 Juni 2020 ini mal rencanaya kan diizinkan beroperasi kembali. Tapi untuk tempat-tempat hiburan seperti bioskop, karaoke, dan arena permainan anak masih belum diizinkan.

Dengan mulai beroperasinya beberapa sektor khususnya perkantoran, kereta commuter line pun kembali dipadati penumpang. Sayangnya, protokol COVID-19 yang mengingatkan pentingnya jaga jarak masih sering diabaikan. Berlakunya new normal sepertinya masih belum benar-benar dipahami oleh masyarakat selaku entitas vital dalam momen pandemi ini. New normal sepertinya memang menjadi satu-satunya opsi yang harus dipilih sebagai upaya penyelamatan kondisi bangsa terutama ekonomi. 

Hanya saja terdapat kesan nekad dalam pemberlakuan hal itu. Kedisiplinan yang rendah menjadi faktor utama yang membuat pemberlakuan new normal memiliki risiko tinggi. Menurut salah satu badan survei dunia, Deep Knowledge Group, Indonesia bahkan masih menempati posisi 97 dari 100 negara teraman dari COVID-19. Dengan kata lain kita masih termasuk sebagai negara dengan risiko tinggi penyebaran virus corona COVID-19.

Situasi Global

Situasi pandemi COVID-19 secara global sebenarnya juga belum menampakkan tanda-tanda membaik atau kalau tidak bisa dibilang semakin memburuk. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu terkahir ini sempat terjadi penambahan kasus tertinggi dalam satu hari. Negara-negara di kawasan Amerika dan Asia menjadi yang tertinggi penambahan kasus barunya. Sehingga WHO pun meminta segenap negara-negara di dunia untuk tetap bersikap waspada terhadap situasi pandemi ini. 

Beberapa negara mungkin menampakkan tren penurunan, hanya beberapa negara lain menunjukkan situasi sebaliknya. Akibatnya persebaran kasus secara global pun terkesan tidak mengalami perbaikan samasekali. Hal ini tentu menjadi perhatian kita semua apalagi belajar dari kasus terdahulu akan kemungkinan munculnya gelombang kedua yang lebih parah seperti yang terjadi pada pandemi flu spanyol tahun 1918.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline