Kita pasti pernah menghadapi situasi jalanan yang terjebak macet. Entah karena ada penyempitan jalan akibat pengerjaan proyek, adanya kendaraan yang berhenti di jalur ramai, mobil mogok, kerusakan jalan, dan lain sebagainya. Sehingga membuat laju kendaraan kita terhambat dan hanya bisa bergerak maju sedikit demi sedikit. Ingin berbalik arah tapi tidak memungkinkan.
Ingin mendahului kendaraan yang ada di depan malah justru mempersulit keadaan. Jalan satu-satunya agar situasi macet segera terkendali adalah bersabar menunggu giliran. Semakin cepat kendaraan di depan kita melaju maka kita akan semakin cepat terbebas dari situasi macet tersebut.
Namun patut disayangkan dengan situasi serba tidak nyaman tersebut, dimana ketika setiap pengguna jalan sama-sama ingin segera terbebas dari situasi kemacetan hal itu justru diperumit dengan sikap sebagian pengguna jalan yang tidak sabaran.
Serobot kanan kiri. Selap selip mendahului kendaraan yang didepan agar mendapatkan posisi terdepan untuk segera terbebas dari kemacetan yang menyebalkan.
Kita yang sedari tadi menahan diri untuk tidak menyalip dengan harapan jalanan lebih kondusif malah dibuat emosi oleh laku beberapa orang tadi. Bukannya mempercepat penguraian kemacetan, menyalip kendaraan lain saat macet dan terlebih mengambil lajur jalan kendaraan dari arah berlawanan justru membuat situasi macet makin memburuk.
Saling mengunci laju kendaraan lain pun tak terhindarkan. Mereka yang keburu nafsu menyalip dan menyerobot antrian laju kendaraan pada akhirnya tidak lekas sampai juga.
Beberapa kali saya menghadapi situasi semacam itu. Mencoba bersabar menahan diri untuk tidak menyalip kendaraan lain didepan saat macet, terutama apabila hal itu sampai harus merenggut jalur sebelah yang diperuntukkan bagi kendaraan dengan arah berlawanan. Gemas sekali rasanya "pengorbanan" kita diserobot begitu saja oleh orang lain.
Kita yang mencoba untutk tertib justru diperlakukan seenanknya oleh orang-orang egois semacam itu. Padahal setiap pengguna jalan pasti sama-sama ingin segera sampai ke tempat tujuan.
Sama-sama ingin cepat terbebas dari kemacetan jalanan. Tapi bukan berarti hal itu membolehkan kita untuk berbuat seenaknya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ingin sekali rasanya menegur orang-orang yang berlaku semacam itu. Kalau tidak memikirkan potensi ribut yang bisa saja terjadi di jalanan umum dan membikin malu, barangkali hal itu sudah saya lakukan berulang kali.
Kemacetan selama ini ditengarai oleh sebab bejubelnya jumlah kendaraan sedangkan ruas jalan terbatas. Akan tetapi masalah pokoknya sebenarnya lebih kepada perilaku para pengendara yang cenderung egois dan seenaknya sendiri.