Baru-baru ini salah seorang pentolan politik asal bumi cendrawasih, Natalius Pigai, menuliskan cuitan pada laman twitter-nya yang menyebut bahwa hanya ada empat orang kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang bagus dan kompeten. Mereka yang ia maksud adalah Megawati Sokearnoputri, Tjahyo Kumolo, Pramono Anung, dan FX Rudi Hadyatmo. Sedangkan kader-kader yang lain ia duga hanya kader abal-abal dan ecek-ecek yang bisa terkenal akibat polesan dan cashing media.
Dengan kata lain Natalius Pigai ingin mengatakan bahwa beberapa kader PDIP yang kini menduduki beberapa posisi strategis pemerintahan seperti Jokowi (Presiden), Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), Puan Maharani (Ketua DPR RI), dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) sebagai sosok-sosok yang kurang merepresentasikan kualitas sejati seorang kader PDIP. Masih menurut Natalius Pigai, pandemi COVID-19 yang tengah terjadi di Indonesia saat ini seakan membuka mata kita bahwa para pemimpin populer itu tidak memiliki cukup kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi bangsa ini.
PDIP selama beberapa tahun terakhir ini bisa dibilang sebagai partai yang tengah "naik daun". Popularitas dari beberapa kadernya turut mengerek elektabilitas partai di mata masyarakat. Jokowi telah "memprakarsai" partai banteng moncong putih untuk kembali melejit di tengah percaturan politik tanah air.
Keberhasilan Jokowi menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta yang lantas disusul dengan keberhasilannya merengkuh kursi presiden hingga dua periode beruntun seakan menunjukkan superioritas PDIP saat ini. Gayung bersambut, beberapa kader lain seperti Tri Rismaharini dan Ganjar Pranowo "menyusul" menghiasi jajaran politikus populer di Indonesia.
Kemampuan Risma mengelola Surabaya dipandang hebat oleh banyak kalangan. Gerak langkahnya seringkali disorot publik serta digadang-gadang kelak akan menjadi bagian dari kabinet Presiden Jokowi. Begitu pula dengan Ganjar Pranowo, elektabilitasnya belakangan terus melesat dan bahkan sebuah lembaga survei menempatkannya sebagai tokoh populer nomor dua setelah Prabowo Subianto yang potensial melanjutkan tongkat estafet presiden selanjutnya. Ganjar ditengarai berhasil menyalip popularitas Anies Baswedan.
Demikian juga dengan Puan Maharani. Pencapaian karir politiknya telah menduduki posisi tinggi sebagai Ketua DPR RI periode 2019 -- 2024. Meskipun banyak pihak menduga bahwa sepak terjang seorang Puan Maharani penuh dengan keraguan. Pencapaiannya itu lebih didukung oleh posisinya sebagai salah satu "anak emas" PDIP mengingat ia adalah putri dari sang "ratu" dan simbol partai, Megawati Soekarnoputri.
Apa yang Natalius Pigai tuliskan dalam media sosial (medsos) miliknya seakan ingin menyuarakan kepad publik perihal keraguan banyak orang terhadap sosok-sosok pemimpin ini. Para pemimpin yang hadir bukan dari kualitasnya yang mumpuni, akan tetapi dari pencitraan yang dilakukan media masa.
Sangat subjektif memang penilaian yang diberikan oleh Natalius Pigai kepada tokoh-tokoh ini. Entah berdasar apa penilaian tersebut ia sematkan. Akan tetapi kemungkinan besar para kader PDIP sendiri sepertinya tidak sepakat dengan penyataannya tersebut. Pasti akan muncul banyak sanggahan. Apalagi menyebut sosok seperti Pramono Anung, Tjahyo Kumolo, dan FX Rudi Hadyatmo lebih berkualitas ketimbang pemilik jabatan strategis macam Jokowi, Risma, Ganjar, hingga Puan.
Pramono Anung "hanya" menjadi "asisten" Jokowi didalam pemerintahan. FX Rudi Hadyatmo "hanya" menjadi walikota Solo yang bernaung dibawah komando Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Sedangkan Tjahyo Kumolo "hanya" seorang mantan Sekjen PDIP yang kini menjadi menterinya Jokowi. Bisa jadi pernyataan seorang Natalius Pigai ini merupakan bentuk sindiran kepada pejabat publik yang merupakan kader PDIP agar berkaca perihal kepemimpinannya selama ini. Terlebih di tengah situasi pelik yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 yang sekarang terjadi.
Mengapa Natalisu tidak mencuit kader-kader dari partai lain yang juga banyak menduduki posisi strategis di pemerintahan? Mungkin karena PDIP adalah partai pemenang pemilu dua periode berturut-turut sehingga Natalius merasa bahwa partai ini harus bisa berbuat lebih untuk negara. Sebutan yang ia sematkan bahwa PDIP sebagai partai yang gagal dalam cuitannya di Twitter barangkali masih harus dipertanyakan.
Namun sebutan itu bisa menjadi benar adanya apabila para pemimpin negara yang lahir dari partai tersebut dan sekarang sedang mengemban amanah di pemerintahan tidak mampu memperbaiki keadaan. Jangan sampai label pemimpin pencitraan itu melekat pada sosok-sosok yang sekarang menduduki posisi strategis di pemerintahan.