Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ramadan Next Level

Diperbarui: 27 April 2020   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan dan kedulian sosial | Sumber gambar : www.radartasikmalaya.com

Ramadan adalah bulan penempaan diri. Bulan pelatihan untuk menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Mental, fisik, serta ketaatan dalam beragama semuanya diasah disini. 

Siapapun yang melewati masa pelatihan dengn baik akan mendapatkan kemenangan pada akhirnya. Itulah mengapa kala Idhul Fitri tiba disebut sebagai hari kemenangan. 

Kemenangan atas hawa nafsu, dan juga kemenangan atas kebiasaan lama yang sudah terlalu membuat diri kita terlena dan lantas melupakan hasrat untuk berkembang. Ramadan memberikan spirit baru tentang makna menjadi manusia yang seutuhnya.

Selama Ramadan kita ditempa untuk menahan godaan syahwat seharian penuh. Menahan lapar dan dahaga, pun menahan emosi agar sebisa mungkin tidak larut terhadap situasi dan kondisi sekitar. 

Kepenatan yang hadir dalam keseharian harus disikapi dengan bijak dan dengan kepala dingin. Emosi dikendalikan agar tidak meluap-luap. Bersikap lebih cerdas dengan lebih mengontrol emosi. Merespon dengan berfikir terlebih dahulu tanpa terburu nafsu. Lebih slow down dalam menjalani hidup.

Ujian COVID-19

Ketika menunaikan ibadah puasa, waktu berbuka senantiasa menjadi saat yang paling dinantikan. Ujian dalam satu hari akan menemui garis finisnya tatkala adzan maghrib berkumandang.

Hidangan terasa sangat nikmat setelah seharian penuh tubuh tidak mendapatkan pasokan makanan ataupun minuman. Sebagian orang begitu antusias untuk menjalani puasa hari berikutnya dan berfikir sajian seperti apakah yang nikmat untuk disantap untuk buka puasa selanjutnya. 

Namun sebagian yang lain, terutama dikala kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang, justru berfikiran apakah besok bisa menyantap hidangan berbuka puasa atau tidak. Penghasilan yang tergerus tak menentu telah menghalangi seseorang untuk menikmati sajian seperti tahun-tahun sebelumnya.

Ada dimensi ujian baru dalam bulan Ramadan kali ini. Kebiasaan Ramadan terdahulu yang mana saat berbuka adalah saat untuk mencoba segala jenis hidangan terbaik perlahan harus ditinggalkan seiring isi kantong yang menipis. 

Menu minimalis dan hidangan ala kadarnya. Ingin ini itu mesti ditunda sampai ada pemasukan berikutnya. Gangguan terhadap sektor perekonomian yang ditimbulkan oleh virus corona sedikit banyak telah mempengaruhi orang-orang untuk menikmati Ramadan tahun ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline