Tes, tes, dan tes, dan tes lagi. Semakin banyak dan semakin luas tes pengujian COVID-19 dilakukan akan semakin baik. Inilah kelemahan besar kita (Indonesia) selama ini. Pengujian terkait penduduk yang positif atau negatif COVID-19 masih relatif terbatas.
Selain karena keterbatasan jumlah alat, biaya yang dibutuhkan untuk melakukan tes juga tidak murah. Menurut pemberitaan kompas.com per orang saja biaya untuk tes swab bisa mencapai Rp 1.675.000. Mengutip dari laman disway.id, untuk tes swab satu Kota Jakarta saja biaya yang diperlukan mencapai Rp 12 triliun. Bukan angka yang kecil tentunya.
Sejauh ini di Indonesia jumlah terkonfirmasi terinfeksi virus corona COVID-19 sudah tembus 7.000 dan hampir mencapai 8.000 kasus. Padahal beberapa waktu yang lalu saja sebagian pakar masih meragukan angka yang besar ini terkait kemungkinan masih banyaknya orang terinfeksi diluar sana yang belum terdeteksi. Ada yang menyebut angka puluhan ribu, sebagian yang lain menyebutkan ratusan ribu, dan sebagainya.
Angka terinfeksi COVID-19 di Indonesia per 24 April 2020 yang terkonfirmasi adalah sebanyak 7.775 kasus, dengan 960 diantaranya dinyatakan sembuh, dan 647 orang meninggal dunia. Belum mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu memang.
Apakah informasinya salah? Belum tentu juga. Data yang disampaikan oleh gugus tugas adalah data "terkonfirmasi" saja. Sehingga mungkin memang masih banyak lagi di luar sana orang yang tidak terkonfirmasi tapi menjadi bagian dari mereka yang terinfeksi COVID-19.
Kita masih belum mampu mengakomodasi seluruh penduduk untuk mengetahui status kesehatannya terkait COVID-19 karena memang tes yang dilakukan terbatas dan bertahap. Sedikit demi sedikit. Dan memang biaya yang diperlukan cukup besar untuk melakukan tes semacam ini.
Jikalau ada sebuah metode yang mampu mereduksi secara siginifikan biaya terkait pengujian tes COVID-19 maka semestinya hal itu menjadi kabar baik bagi kita semua. Semakin murah biaya tes, maka akan memperbesar peluang tes dilakukan untuk sejumlah besar penduduk. Sedangkan salah satu kunci untuk menangani COVID-19 saat ini adalah pengujian secara luas dan efektif.
Tujuannya adalah mengetahui sebanyak mungkin status kondisi kesehatan warga negara apakah terinfeksi virus atau tidak secara cepat dan tepat. Jikalau terinfeksi, maka langkah penanggulangan bisa sesegera mungkin dilakukan. Lebih cepat diketahui akan lebih baik karena hal itu juga turut akan berimbas pada pengeluaran kebijakan selanjutnya. Seperti terkait perlunya aturan social distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), atau bahkan lockdown. Semua bermula dari sini.
Apa Itu "Pool Test Covid-19"?
Pool test COVID-19 yang digagas oleh Hafidz Ary Nurhadi, seorang ahli elektro lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), adalah berkaitan dengan mekanisme pengujian tes COVID-19 yang berbeda dibandingkan tes swab yang mahal itu. Mekanisme dalam tes swab meliputi proses pengambilan mukus yang kemudian dimasukkan ke dalam VTM.
Di sini diperlukan biaya untuk alat pengambil mukus. Harganya sebenarnya murah, tapi setiap sampel mukus itu harus dimasukkan kedalam VTM. Satu sampel mukus satu VTM.