Baru-baru ini kita dikejutkan oleh pengunduran diri salah seorang Staf Khusus (stafsus) Presiden Bidang Teknologi, Adamas Belva Syah Devara (Belva Devara). Alasan yang diutarakan adalah karena Belva tidak ingin mengganggu konsentrasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menangani pandemi COVID-19.
Lebih khusus lagi Belva tidak ingin memicu kecurigaan publik terkait konflik kepentingan antara posisinya sebagai stafsus presiden dan sebagai CEO startup Ruang Guru. Sebagaimana kita tahu, Ruang Guru mendapatkan mandat dari pemerintah sebagai mitra dalam implementasi program Kartu Prakerja.
Bagaimanapun juga situasi ini memang rentan menimbulkan polemik terutama pasca kasus surat kepada para camat yang dibuat oleh stafsus presiden lainnya, Andi Taufan Garuda Putra, beberapa waktu lalu.
Pengunduran diri Belva Devara mungkin bisa dimaklumi, sekaligus juga disayangkan. Posisinya sebagai stafsus bidang teknologi tentu sangat berperan penting untuk memberikan sumbangsih gagasan revolusioner kepada presiden dalam upaya mengembangkan perusahaan rintisan teknologi di tanah air.
Apalagi sepak terjang Belva Devara selama ini tergolong luar biasa mengingat kemajuan pesat yang dialami oleh Ruang Guru. Belva lebih memilih untuk meninggalkan posisi stafsus presiden ketimbang jabatannya sebagai CEO Ruang Guru.
Wajar sebenarnya, mengingat Ruang Guru adalah segalanya bagi Belva. Ruang Guru yang membuat Belva dikenal luas seperti sekarang. Apalagi usia Ruang Guru yang masih seumur jagung itu menyimpan banyak potensi besar untuk terus dikembangkan di kemudian hari. Perkembangan Ruang Guru dimasa depan itu tentunya sangat membutuhkan dukungan besar dari pendirinya secara langsung, Belva Devara.
Belva adalah satu dari sekian banyak milenial yang dibawa serta Presiden Jokowi kedalam gerbong pemerintahannya yang kedua ini. Belva juga bukan satu-satunya sosok milenial yang tidak memiliki kesibukan lain sebelum menduduki posisi sebagai stafsus presiden.
Di luar posisi stafsus presiden sosok Nadiem Makarim telah lebih dahulu mengejutkan publik pasca ditunjuknya ia menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) oleh presiden. Nadiem adalah CEO startup terpopuler di tanah air, Gojek. Demi menghindari konflik kepentingan atau mencegah kurangnya fokus dalam menunaikan tugas sebagai menteri, Nadiem pun memutuskan untuk mundur dari posisinya sebagai CEO Gojek. Sepenuhnya ia berlepas diri dari operasional perusahaan yang didirikannya itu.
Belva Devara dan Nadiem Makarim sama-sama sosok milenial cerdas bertalenta, berlatar pendidikan Harvard University, dan merupakan CEO starup besar di tanah air. Nadiem sejak awal sudah memutuskan untuk melepaskan diri sepenuhnya dari kepentingan bisnis yang ia miliki. Mundur dari jabatan struktural Gojek.
Sebaliknya, Belva Devara yang menempati posisi stafsus mendapatkan izin presiden untuk bekerja "part time". Menjadi stafsus bidang teknologi sambil tetap menahkodai Ruang Guru. Meski pada akhirnya Belva harus memilih salah satu dari dua pilihan yang ada. Dan Belva pun memutuskan untuk memilih Ruang Guru sebagai tempat berkarya.
Mengapa Belva tidak mengambil langkah serupa dengan yang Nadiem Makarim lakukan? Mengedepankan tugas negara dibanding mengurus bisnis pribadinya? Mungkin ada beberapa alasan terkait hal itu.