Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

AS Ceria, Laju Kasus Fatal Covid-19 di New York Melambat

Diperbarui: 7 April 2020   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amerika Serikat mulai memasuki masa reda pandemi COVID-19 | Sumber gambar: liputan6.com

Amerika Serikat (AS) telah menjadi negara dengan jumlah terinfeksi COVID-19 tertinggi di dunia dengan 336.851 kasus dan 9.620 diantaranya merupakan kasus fatal atau kematian. Apa yang dialami negeri Uncle Sam sedikit banyak menjadi rujukan dunia untuk melihat perkembangan situasi global yang disebabkan oleh pandemi ini. 

Sejauh mana AS bertindak, maka itulah yang akan direspon oleh banyak negara lain di dunia. Seperti beberapa waktu lalu ketika Presiden Trump memutuskan untuk mengucurkan dana stimulus US$ 2 triliun, pasar dunia yang sebelumnya terlihat lesu langsung menjadi lebih ceria. IHSG dan beberapa indeks saham dunia turut senang menikmati efek dari siraman dana stimulus mewah tersebut. 

Akan tetapi, bukan hanya sektor perekonomian yang menantikan sejauh mana AS menangani pandemi ini di negaranya. Situasi yang dialami AS terikait masa puncak pandemi pun juga turut mempengaruhi optimisme dunia bahwa kita semua bisa melalui periode buruk ini. Apalagi kemarin (6/04), AS memberikan kabar cukup baik perihal terjadinya kasus kematian terendah di negaranya yang disebabkan oleh COVID-19.

New York, wilayah di AS yang memegang jumlah tertinggi korban meninggal dunia COVID-19 dengan rata-rata angka kematian 43.89% per hari pada periode pertengahan Maret 2020. Namun laju itu menurun signifikan kemarin menjadi "hanya" 16.66%.  Meski sedikit banyaknya jumlah kematian tetap merupakan kabar yang kurang baik, setidaknya hal itu menunjukkan sebuah indikasi teror virus ini mulai mereda. Dan harapan selanjutnya tentu angka kematian berubah menjadi 0% saja.

Keceriaan yang dialamai AS khususnya di negara bagian New York sepertinya juga dialami oleh beberapa negara lain di dunia. Italia beberapa waktu lalu sudah menunjukkan situasi serupa. Secara garis besar, data yang dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan tren penurunan pertumbuhan kasus COVID-19 di dunia. Prosentasenya selama beberapa hari terakhir sudah berada pada kisaran satu digit. Pertambahan korban jiwa di seluruh dunia pada 6 April 2020 kemarin "tinggal" 7.66% saja, dan semoga akan segera nihil kasus fatal untuk periode-periode mendatang.

Akankah "Menular" ke Indonesia?

Kalau boleh dibilang cukup sulit menentukan status pandemi COVID-19 di Indonesia sejauh ini. Apakah negara kita layak disebut sebagai negara dengan status seperti halnya China, AS, Italia, atau beberapa negara besar lain atau tidak. Terlebih banyak pihak mencurigai kondisi Indonesia yang terlihat tidak seperti kondisi "sebenarnya". 

Masih banyak anggapan bahwa informasi seputar kasus COVID-19 di Indonesia tidaklah merepresentasikan kondisi di lapangan. Ada banyak kasus yang tidak terdata. Bahkan seorang dokter asal Malaysia menyebut bahwa Indonesia adalah bom waktu seiring besarnya prosentase kematian yang terjadi di Indonesia akibat COVID-19.

Banyak pihak menyangsikan kondisi Indonesia dengan segala keterbatasannya untuk menanggulangi pandemi COVID-19 ini. Lantas apakah kita sebagai bagian dari negara Indonesia cuma bisa berdiam diri saja? Tentu tidak. Pemerintah kita sudah berupaya, dan semestinya kita memberi mereka kesempatan untuk membuktikan semua programnya berdaya guna meredam pandemi ini. Syaratnya jelas, kita patuhi apa yang menjadi arahan pemerintah. 

Memang terkesan himbauan pemerintah bukanlah sesuatu yang tegas. Pada satu sisi hal itu mungkin sebuah kelemahan besar. Namun disisi lain ini juga merupakan cara bagi kita untuk kembali ke "fitrah" sebagai orang Indonesia tulen. Semangat gotong royong. Bersatu melawan pandemi. Bersama-sama saling membantu dan memberikan kemudahan bagi saudara sebangsa.

Kita sudah melihat beberapa negara di dunia mulai memasuki periode landai atas terjadinya pandemi COVID-19. Kita sama dengan mereka, bisa befikir, bersikap, dan bertindak. Hanya perbedaannya apakah kita mau atau tidak. Dengan kita mau maka semuanya akan lebih mungkin. Kita bukan bangsa yang bergerak atas dasar ancaman, tetapi lebih kepada bergerak karena adanya harapan untuk menjadi lebih baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline