Kemarin (03/04), Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengatakan bahwa ada salah seorang staf di KSP yang positif virus corona vocid-19. Namun belum sampai 24 jam berlalu pernyataan tersebut justru dibantah oleh Deputi IV KSP Bidang Komunikasi Politik dan Informasi Juri Ardiantoro bahwa tidak ada staf KSP yang terinfeksi virus tersebut. Berdasarkan hasil pengecekan yang dilakukan, dipastikan bahwa seluruh staf KSP negatif covid-19. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, apakah Ngabalin tengah menebar hoaks?
Sungguh sangat disayangkan ditengan situasi yang begitu memantik kekhawatiran masyarakat luas, informasi tidak valid seperti dengan mudahnya diumbar ke hadapan publik. Ali Mochtar Ngabalin selaku sosok senior di lingkungan istana mestinya paham atas hal ini. Apalagi ia seakan bertindak menjadi juru bicara gugus tugas penanganan pandemi covid-19.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah membentuk Satuan Tugas (satgas) Penanganan Covid-19 dan meminta masyarakat agar menjadikannya sebagai satu-satunya rujukan informasi publik perihal situasi dan kondisi terkini penanganan covid-19. Kabijakan-kebijakan yang dilakukan daerah terkait penaggulangan pandemi ini harus dikomunikasikan juga dengan satgas.
Dengan kata lain, informasi perihal jumlah korban terinfeksi covid-19 sayogyanya juga diketahui oleh satgas. Termasuk di lingkar istana sekalipun. Akan tetapi sekarang kita menyaksikan ada kontradiksi pemberitaan terkait ada tidaknya staf KSP yang terpapar covid-19. Ali Mochtar Ngabalin menyatakan ada staf KSP yang terinfeksi, sedangkan Juri Ardiantoro menyatakan sebaliknya. Miskomunikasi atau memang ada sesuatu yang lain dibalik ini semua.
Terlepas dari benar tidaknya informasi yang beredar terkait adanya staf KSP terinfeksi, satgas perlu mengambil alih pemberitaan sehingga menghilangkan kesimpangsiuran informasi.
Bagaimanapun juga, ketika covid-19 benar-benar sudah memasuki lingkungan Istana maka itu akan semakin mengundang kekhawatiran masyarakat. Istana harus memberikan contoh kepada masyarakat bahwa mereka bisa mengantisipasi persebaran covid-19 di sana. Mungkin pihak Istana pernah "kecolongan" seiring adanya satu menteri yang positif coronavirus dan kini sedang dalam perawatan. Kan tetapi hal itu semestinya membuat mereka lebih waspada, bukannya malah memanipulasi informasi sehingga terkesan tidak ada.
Jangan sampai pandemi covid-19 justru berkembang menjadi pandemi hoaks yang bisa jadi lebih berbahaya bagi kita semua. Hoaks inilah yang mesti ditangkal, diantisipasi, dan diberantas. Terutama di lingkungan istana. Karena istana negara mungkin saja menjadi rujukan publik sebagai tempat paling aman dari intaian covid-19. Meski belum tentu menjadi tempat paling aman dari pemberitaan hoaks.
Jikalau Ngabalin menyampaikan pernyataan yang sebenarnya, maka klarifikasi pemberitaan yang dilakukan oleh Juri Ardiantoro tak lain merupakan upaya menutupi sebuah fakta. Akan tetapi, jika Ngabalin ternyata memberikan informasi yang salah maka bisa disebut ia adalah penebar hoaks. Mesti ditegur. Jangan ada kesan bahwa pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia sekarang ini malah menjadi ajang cari muka bagi sebagian orang yang haus popularitas. Bukan saatnya menebar pesona dibalik ancaman bencana yang masih belum jelas masa berakhirnya ini.
Barangkali hoaks adalah sisi lain dari pandemi covid-19 yang harus benar-benar ditindak tegas. Beberapa waktu lalu dalam sebuah WhatsApp Group (WAG) ada sebuah info yang menyatakan didaerah kami ada orang meninggal dunia berstatus PDP covid-19. Dalam siaran pesan itu beredar informasi akan adanya permintaan izin pemakaman korban di wilayah pemakaman dekat tempat tinggal kami. Sontak sebagian warga pun merasa was-was dan khawatir. Namun setelah beberapa waktu berlalu ada konfirmasi dari seorang warga bahwa berita tersebut adalah hoaks. Lega.
Yang tidak saya habis pikir, mengapa ada orang yang sampai hati menebar berita palsu seperti itu? Situasi serupa sepertinya juga terjadi di lingkungan istana khususnya di kantor KSP. Jikalau situasi semacam ini semakin meluas, hoaks covid bertebaran dimana-mana maka hal itu bisa semakin memicu kekhawatiran publik. Khawatir dan takut secara berlebih tidak baik untuk daya imunitas tubuh.
Mungkin kita semua harus lebih peduli dan proaktif melaporkan para penebar hoaks akan bisa memberikan efek jera bagi yang lain. Selama ini hoaks yang beredar cenderung diabaikan begitu saja atau dianggap sebagai suatu berita fakta. Sudah cukup covid-19 membuat banyak orang khawatir, jangan ditambah lagi dengan "bumbu pemanis", "garam", atau apapun itu demi sesuatu yang tidak jelas juntrungannya. Siapapun oknum yang bermain dibalik berita hoaks harus diberikan pelajaran sepadan.