Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Urgensi "Big Data" untuk Mengatasi Pandemi Virus

Diperbarui: 30 Maret 2020   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi peneliti sedang bekerja di laboratorium.(THINKSTOCKPHOTOS) Via Kompas.com

Seruan lockdown terus digaungkan oleh sebagian orang yang khawatir terhadap kondisi persebaran virus corona covid-19 di Indonesia. Jumlah korban terinfeksi dan korban meninggal dunia masih terus bertambah dari waktu ke waktu. Sebuah situasi yang sudah barang tentu membuat risau semua orang. 

Langkah-langkah yang telah ditempuh oleh pemerintah sejauh ini masih dirasa belum optimal dan belum cukup berhasil meredam "amukan" covid-19 yang masih terus saja menjangkiti orang demi orang.

Sumber persebaran harus dihentikan. Demikian seruan yang belakangan sering diutarakan. Rantai penularan perlu diputus sedini mungkin. Dan prosedur isolasi atau karantina dinilai sebagai cara yang paling ampuh untuk melakukan hal itu.

Big Data bisa menjadi alat penting penanggulangan virus | Sumber gambar : www.sas.com

Hingga saat ini sikap pemerintah sudah jelas. Menolak opsi lockdown. Bahkan dengan tegas Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengayakan bahwa kebijakan lockdown adalah kewenangan penuh pemerintah pusat. Daerah dilarang mendahului keputusan yang sudah dilakukan oleh pemerintah. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, pernah mengatakan bahwa pemerintah sudah menimbang dari berbagai sisi dan segi terkait kebijakan penanganan virus corona di Indonesia. Menurutnya, pemerintah tidak hanya memandang dari satu sisi saja. Dan keputusan untuk tidak melakukan lockdown dinilai sebagai opsi terbaik untuk saat ini.

Lockdown memang didesak untuk segera diberlakukan juga di Indonesia mengingat keberhasilan China dalam memerangi pandemi virus ini. China yang disebut-sebut sebagai negara asal muasal covid-19 telah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu mengatasi masalah kesehatan warganya yang disebabkan oleh infeksi virus corona ini. 

Kebijakan lockdown yang mereka berlakukan hingga hampir dua bulan lamanya itu membuat China kini sebagai negara yang kecil sekali penambahan jumlah korban baru yang terinfeksi. Bahkan banyak dari rumah sakit darurat ditutup operasinya mengingat sudah banyak dari warganya yang sembuh. Lockdown yang dilakukan China berhasil.

Italia yang kini berubah menjadi "Wuhan Baru" pun seperti terinspirasi untuk menerapkan kebijakan serupa. Italia ditutup total aksesnya. Lockdown. Namun bukannya jumlah korban terinfeksi menurun drastis, korban meninggal dunia bahkan telah mencapai "rekor baru" menembus angka 5.000 jiwa. Mengalahkan jumlah kematian akibat covid-19 di "negara asalnya". Sama-sama menerapkan kebijakan lockdown, tapi efektivitas pencapaiannya berbeda jauh.

Kekuatan "Big Data" RRT
Beberapa dokter asal China yang bertugas membantu penanganan pandemi covid-19 di Italia mengaku kecewa dengan situasi yang terjadi disana. Menurut mereka, banyak dari warga yang tidak mematuhi instruksi petugas medis. Seharusnya semua pihak turut bekerja sama dan mematuhi langkah-langkah penahanan sebagaimana yang diberikan oleh petugas. 

Tanpanya, maka lockdown tidak akan memberikan hasil maksimal. Hal itu terlihat dari masih banyaknya korban terinfeksi setiap harinya. Bahkan dikabarkan juga angka kematian telah mencapai 600 hingga 700 jiwa dalam 24 jam.

Mengapa lockdown di China bisa berjalan efektif sedangkan tidak demikian halnya di Italia? Selain perihal kedisiplinan semua pihak dalam mematuhi prosedur pelaksanaan lockdown, ternyata ada satu hal penting yang membuat China begitu sukses menerapkan kebijakan ini. Big Data

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline