Ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Turi Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dilaporkan terseret arus sungai kala melakukan agenda susur sungai dalam kegiatan pramuka yang diadakan oleh SMP tersebut.
Disampaikan ada sekitar 250-an siswa yang turut serta dalam kegiatan itu. Masih belum pasti berapa orang anak yang meninggal akibat insiden ini. Namun dari pemberitaan terakhir disebutkan setidaknya ada sekitar 6 siswa yang meninggal dunia.
Kegiatan pramuka yang semestinya memberikan kesan pelajaran kreativitas dan penghargaan terhadap lingkungan sekitar kini malah justru berakhir dengan nestapa. Tangis pilu para orang tua yang kehilangan putra-putri tercintanya tentu menjadi potret buruk atas pelaksaan kegiatan ekstrakulikuler sekolah ini.
Terlebih kegiatan susur sungai sebenarnya juga tidak direkomendasikan untuk dilakukan oleh kalangan anak-anak atau remaja mengingat risikonya juga cukup tinggi. Apalagi menimbang fakta bahwa sekarang ada musim hujan dimana aliran sungai bisa seketika menjadi begitu deras tak terkendali.
Sayangnya, hal ini sepertinya luput dari perhatian. SMP penyelenggaran kegiatan susur sungai ini sepertinya tidak memikirkan situasi terburuk yang mungkin terjadi dari aktivitas ini, hingga kemudian mereka harus melihat kenyataan bahwa hal itu telah merenggut nyawa anak manusia.
Selama ini kita memang cenderung melakukan kegiatan sebagaimana biasa dilakukan tanpa lebih dulu menimbang dan mengkaji potensi masalah yang bisa timbul di belakang. Susur sungai dalam kegiatan pramuka SMPN 1 Turi Sleman sepertinya menjadi representasi atas hal itu. Kalau boleh dirunut, sekarang adalah musim hujan sehingga potensi aliran sungai menjadi deras juga cukup besar.
Lalu mengapa sampai diberikan izin pelaksanaan kegiatan tersebut? Barangkali alasan yang mengemuka adalah sebelumnya kan juga aman-aman saja. Justru disitulah letak masalah utamnya. Mendasarkan keputusan pada "biasanya" dan "sebelumnya", padahal ada data atau informasi lain yang lebih relevan untuk itu.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan bahwa wilayah Sleman dan sekitarnya akan mengalami hujan sedang hingga lebat dengan kisaran waktu yang berdekatan dengan peristiwa ini.
Namun sepertinya informasi itu tidak sampai ke telinga pihak berwenang di SMP tersebut. Atau bisa jadi sudah ada peringatan dan diketahui hanya saja diabaikan. Entahlah. Satu hal yang pasti, pelaksanaan kegiatan susur sungai ini telah menimbulkan penyesalan luar biasa.
Kalau boleh mengajukan nama atau pihak yang mesti bertanggung jawab atas peristiwa ini tentulah itu adalah pihak sekolah yang bersangkutan. Apakah kepala sekolah mengetahui kegiatan tersebut atau tidak? Apakah mereka mengetahui risiko dari kegiatan semacam ini? Apakah mereka mengetahui informasi cuaca dari BMKG? Jangan-jangan semuanya tidak tahu. Hanya sebatas kegiatan rutin yang diulang-ulang saja.
Mungkin bukan kali ini saja kegiatan susur sungai semacam ini dilakukan di SMP tersebut. "Kebetulan" kemarin (21/02) menjadi hari naas bagi para siswa yang turut serta mengikuti acara tersebut. Sebenarnya wajar-wajar saja ketika sebuah kegiatan pramuka dilakukan dengan membuat kegiatan menjelajah alam.