Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Saatnya "Counter Attack" Anies Baswedan Akan Tiba?

Diperbarui: 17 Februari 2020   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan | Sumber gambar : indopolitika.com

Kalau boleh menyebut satu sosok pimpinan daerah yang paling menjadi pusat perhatian dan sekaligus menjadi figur yang dicintai sekaligus dibenci selama kurun waktu beberapa bulan terakhir ini maka nama Anies Baswedan bolehlah dikedepankan. Beliau merupakan tokoh publik yang benar-benar menyedot atensi masyarakat luas sedari sejak berhasil "melengserkan" Ahok dari posisi gubernur DKI Jakarta. Sebagian masyarakat mengelu-elukannya, meski sebagian yang lain tak kalah untuk mengkritinya.

Kalimat-kalimat yang diutarakan oleh mantan rektor Universitas Paramadina ini terkenal begitu retoris dan terkesan memiliki nilai intelektual yang mumpuni. Sesuatu yang bisa jadi membuat mayoritas warga DKI terbius untuk memilihnya. Namun, Anies Baswedan bukanlah manusia yang sempurna. Selalu ada celah kekurangan yang membuatnya patut dikritik, pun diingatkan. Geger masalah anggaran lem Aibon mungkin masih melekat dalam ingata publik. 

emudian lagi terkait banjir awal tahun 2020. Bahkan pernyataan terkait normalisasi atau revitalisasi saja sudah lebih dari cukup untuk "melambungkan" namanya dalam pusaran diskusi publik. Belum lagi jika membawa serta "perdebatan" antara Anies Baswedan dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang juga sempat viral.

Sebelum penyudutan yang ia alami pasca banjir besar awal tahun dan juga lem Aibon, Anies juga sempat mendapatkan "serangan" terkait pembangunan instalasi "getah getih" yang dinilai sebagian kalangan hanya buang-buang uang. Kini yang paling baru adalah tudingan kepada Anies dan jajarannya yang dianggap telah melakukan manipulasi rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) terkait penyelenggaraan Formula E di kawasan Monumen Nasional (Monas).

Sebelumnya sempat ramai juga perihal kasus revitalisasi Monas yang dinilai melanggar aturan. Semua itu masih sebagian saja dari serangkaian serangan bertubi-tubi yang dialamatkan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dalam beberapa kesempatan Anies mungkin menanggapi semua kritikan yang menyasar kepadanya tersebut. Meski terkadang hal itu justru membuatnya semakin mendapatkan kritikan yang lebih keras. Sehingga tidak mengherankan kalau sebagian dari tudingan yang memerahkan telinga itu cenderung ia abaikan.

Mungkin hal ini sesuai dengan pernyataannya yang menyebut bahwa bagi seorang pemimpin bukan waktunya lagi menjawab tudingan dengan kata-kata, melainkan harus dengan karya-karya. Karya apa yang sudah dihasilkan oleh Anies Baswedan? Barangkali pertanyaan itulah yang muncul di benak orang-orang yang "kontra" terhadap sang gubernur. Gubernur DKI Jakarta sebelum-sebelumnya bahkan mungkin tidak mendapatkan perhatian sebesar apa yang Anies dapatkan.

Sepertinya memang ada sesuatu yang "spesial" untuk diperhatikan dari gubernur yang satu ini. Sesuatu yang selain membuat sebagian orang tergelitik untuk mengkritisinya juga tergerak untuk "membelanya" sebagaimana yang coba dilakukan oleh Zikria Dzatil. Biarpun sebenarnya yang dilakukan oleh Zikria adalah membuat status menghina Walikota Surabaya Tri Rismaharini, akan tetapi hal itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh terusiknya hati Zikria karena Anies Baswedan terus menerus disudutkan dan dibanding-bandingkan dengan Walikota Surabaya tersebut.

Sebenanrya sah-sah saja bagi seorang pemimpin di wilayah ibukota seperti Anies Baswedan ini untuk mendapatkan sanjungan pun kritikan melebihi kepala daerah yang lain. Hanya saja ketika badai kritikan seperti datang terus menerus terkadang hal itu terkesan kurang adil bagi seseorang, termasuk bagi Anies Baswedan. Sejauh ini ia memang lebih banyak "bertahan" menerima tudingan, kritikan, pun hinaan. Tetapi bukannya tidak mungkin dalam beberapa waktu mendatang Anies justru akan melakukan "counter attack" dan membungkam semua pengkritiknya.

"Janji" Anies untuk menjawab tudingan dengan karya-karya akan semakin mendekati fase akhir era kepemimpinannya yang pertama. Ia sempat meminta kepada publik agar menilainya secara utuh dalam 5 tahun kepemimpinannya. Entah apa saja janji yang sudah ia utarakan, saya sendiri tidak terlalu peduli karena bukan warga Jakarta. Namun yang pasti langkah gebrakan Anies akan benar-benar bisa dinilai pasca ia menyudahi satu periode masa tugas. Jakarta menjadi lebih baik, sama saja, atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya.

Jika memang Formula E jadi digelar, maka seberapa besar dampaknya bagi warga Jakarta atau bahkan Indonesia secara keseluruhan? Jikalau kepopuleran Anies ternyata mampu mengusungnya menjadi presiden Indonesia periode 2024 mendatang, maka bisa jadi itulah salah satu jawaban "telak" yang secara otomatis membungkam publik atas kritikan-kritikan yang selama ini dilayangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline