Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Kehilangan Barang Berharga adalah Pertanda Kurang Sedekah?

Diperbarui: 9 April 2021   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagi kepada sesama sesuatu yang berharga untuk dilakukan | Sumber gambar : steemit.com

Artis Raffi Ahmad dan istrinya Nagita Slavina beberapa waktu lalu menikmati masa liburan ke Turki. Namun sebuah kejadian kurang mengenakkan harus mereka alami tatkala salah satu koper mereka yang berisi baju serta beberapa jaket raib dicuri komplotan perampok. 

Sang perampok sempat tertangkap kamera CCTV, tapi apadaya koper berikut barang berharga yang ada didalamnya tetap lenyap. Terkait dengan hal ini, pasangan selebritis tersebut memilih untuk berfikir positif dan menganggap bahwa koper dan isinya tersebut barangkali memang bukan rezekinya. Lebih lanjut Nagita Slavina menimpali bahwa mungkin peristiwa tersebut terjadi karena kurang sedekah.

Disini saya tidak sedang mencoba membahas tentang kisah perjalanan selebritis atau perihal pengalaman tidak mengenakkan yang dialami pasangan artis. Namun disini yang cukup menarik adalah perihal pernyataan tentang kehilangan barang berharga yang dikaitkan dengan kemungkinan kurang bersedekah atau berbagi kepada sesama. 

Benarkah minimnya intensitas kita berbagi menjadi sebab hilangnya barang-barang berharga yang kita miliki? Entah kebetulan atau tidak pernyataan yang diutarakan oleh artis Nagita Slavina tersebut juga sering diutarakan oleh beberapa orang lain yang mengalami situasi serupa. Kehilangan uang, benda berharga, atau sejenisnya ditengarai oleh sebab kurangnya kita memberi kepada orang lain.

Dalam beberapa kasus, ada seseorang yang bahkan kehilangan hartanya hingga habis tak berbekas setelah "menolak" untuk membagi sebagian hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan. Dalam Islam sendiri diajarkan bahwa ada sebagian hak anak yatim dan orang miskin pada harta yang kita miliki. 

Sehingga termasuk sebagai kewajiban untuk memberikan apa yang menjadi hak mereka tersebut. Terlebih bagi mereka yang diberi kelimpahan materi lebih dari cukup. Tentu dalam kadar dan takaran yang telah ditentukan. 

Oleh karena itu, setiap tahun sekali ada kewajiban untuk membayar zakat fitrah pada setiap bulan suci Ramadhan. Bukan itu saja, uang penghasilan, hasil panen, hasil perniagaan, dan sejenisnya juga memiliki takaran zakat masing-masing. Hal itu harus ditunaikan sebagai upaya untuk mensucikan harta yang kita miliki.

Terkait dengan kehilangan harta benda atau barang berharga yang kita miliki, dalam sudut pandang keyakinan beragama hal itu bisa jadi merupakan pengingat kepada kita untuk menunaikan apa yang sebenarnya menjadi kewajiban kita. Khususnya keharusan untuk berbagi. Karena seringkali kita lupa atau lalai tatkala sedang memperoleh cukup banyak kelimpahan. 

Pada akhirnya menyisihkan sebagian harta untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan tidak lagi dijadikan prioritas. Orang-orang yang menyadari pentingnya semangat berbagi akan membuat pengalokasian khusus terkait hal ini. Dalam beberapa strategi perencananaan finansial pun hampir selalu disertakan slot khusus untuk berbagi ini. 

Entah itu diberikan kepada rumah ibadah, atau kalangan lain yang dinilai layak untuk menerimanya. Dari sudut pandang yang lebih filosofis, seluruh harta benda yang kita miliki ini sebenarnya hanyalah titipan belaka. Bukan milik kita, tetapi milik-Nya. 

Apabila Dia sudah "menulis" perintah agar supaya kita membagi sebagian dari apa yang kita miliki maka itulah yang seharusnya dilakukan. Jika titah itu dilanggar maka Sang Pemilik Sejati tidak akan segan-segan untuk "merampasnya" secara paksa.

Baca Juga: Pemulung yang Ingin Tetap Sedekah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline