Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ahok Masuk Pertamina, Elpiji 3 Kg Naik Harga, Kebetulan?

Diperbarui: 19 Januari 2020   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elpiji | Sumber gambar: pertaminapatraniaga.com

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah resmi menduduki posisi sebagai Komisaris Utama (Komut) Pertamina per tanggal 22 November 2019 lalu. 

Kehadiran Ahok diharapkan mampu menguatkan korporasi plat merah ini sehingga terbebas dari segala jenis intervensi dari pihak luar yang selama ini sering ditudingkan. 

Pertamina memang dianggap sebagai sarang mafia sehingga sangat mengganggu kinerja perusahaan tersebut. Ahok yang terkenal sebagai sosok yang tegas dan tidak pandang bulu dianggap bisa mengubah wajah Pertamina ke arah yang lebih baik. Setidaknya itulah yang diyakini oleh beberapa kalangan.

Hampir 2 bulan sejak Ahok diangkat sebagai Komut Pertamina, sebuah pemberitaan terkait rencana pencabutan subsidi gas elpiji 3 kilo mengemuka ke hadapan publik. 

Sebuah kebijakan yang pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga jual elpiji melon. Ditengarai pasca pencabutan subsidi ini harga gas elpiji melon akan meningkat drastis hingga Rp 35.000 sampai Rp 37.500 per tabung. 

Padahal sebelumnya harganya "hanya" berkisar antara Rp 18.000 sampai Rp 21.000.

Selama ini penarikan subsidi konsumsi oleh masyarakat memang rentan memantik polemik. Mulai dari subsidi BBM, listrik, hingga gas acapkali membuat dilema para pengelola negeri ini. 

Dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak ingin dipilih tentu bukanlah perkara gampang. Jika subsidi tidak ditarik maka beban anggaran membengkak, sebaliknya jika ditarik rakyat yang menjerit. Dilema. 

Sehubungan dengan gas, langkah pemerintah memberikan subsidi adalah agar harga beli gas terjangkau oleh masyarakat mengingat harga jual gas kita memang cukup tinggi. 

Ada beberapa hal yang ditengarai menjadi sebab mahalnya harga gas selain kemungkinan adanya mafia gas. Menurut pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo, penyebab mahalnya harga gas di dalam negeri antara lain:

  • Harga gas masih menggunakan hitungan harga minyak mentah.
  • Investasi infrastruktur yang tinggi.
  • Tumpang tindih pengelolaan gas antara Pertamina, PGN, PLN, hingga Pelindo III.

Selain beberapa penyebab yang telah disebutkan tadi, bukan tidak mungkin tingkat efisiensi dari operasional di perusahaan penyedia gas juga bermasalah. Efisiensi dan produktivitas bisa jadi turut berkontribusi sebagai sumber masalah yang menjadikan harga jual produk tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline