Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Rey Sinaga, Potret Takluknya Intelektualitas dan Spiritualitas oleh Emosi

Diperbarui: 6 Oktober 2021   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi predator seksual. (sumber: Shutterstock.com via kompas.com)

Reynhard Sinaga beakangan ini cukup membuat heboh publik tanah air seiring "prestasinya" membuat sejarah kelam di tanah Inggris dengan mencabuli puluhan hingga ratusan pria. 

Kasusnya begitu hangat dibicarakan pasca dijatuhkannya vonis penjara seumur hidup kepadanya oleh Pengadilan di Manchester. 

Sebagaimana diketahui, selama beberapa tahun terakhir Rey Sinaga tengah menempuh pendidikan S3 di Universitas Leeds. Sebelumnya ia menamatkan program S1 arsitektur Universitas Indonesia (UI), dan S2 jurusan sosiologi di Manchester University. 

Menilik rekam jejak pendidikan yang dilalui oleh Rey Sinaga terlihat bahwa dia merupakan sosok yang cerdas atau memiliki tingkat intelegensi mumpuni, setidaknya secara akademis. 

Namun di balik kecerdasan intelektual yang ia miliki ternyata hal itu tidak dibarengi oleh kemampuan mengelola hasrat, syahwat, dan moralitas yang baik pula. Pada akhirnya intelektualitas yang ia miliki harus takluk oleh sisi emosi yang begitu dominan mengumbar nafsu syahwat.

Reynhard Sinaga saat wisuda | Sumber gambar : today.line.me

Sebuah ironi ketika sosok yang dilabeli cerdas secara akademis dan dikatakan rajin beribadah justru melakukan aksi yang mencederai itu semua. 

Pendidikan tinggi dan intensitas beribadah yang rutin tidak menjamin bahwa seseorang akan merepresentasikannya dalam suatu perilaku yang selaras dengan nilai-nilai moral dan etika. 

Sebenarnya bukan pendidikan tingginya yang salah atau ibadahnya tidak memberi pengaruh, akan tetapi orang tersebut tidak mempergunakan aspek intelektualitas itu atau mengabaikannya dalam melakukan kontrol emosi dan perilaku.

Intelektualitas memacu kita untuk berhitung dan mengkalkulasi tentang sebab akibat dari suatu tindakan.

Hanya saja hal itu "disalahgunakan" oleh Rey Sinaga dengan membuat perhitungan yang tidak semestinya. Ia justru memakai kecerdasannya untuk memuluskan hasrat nafsunya, bukan melerainya. Hal ini adalah imbas dari ketiadaan sisi spiritualitas yang mumpuni di dalam hati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline