Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Bersama J&T Express Mendukung Semangat Writerpreneur dan Menggairahkan Budaya Literasi

Diperbarui: 17 Desember 2019   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghidupkan semarak literasi | Sumber gambar : www.balipost.com

Saat ini kita tengah memasuki sebuah zaman global yang mampu menyingkirkan sekat-sekat pembatas yang dikenal sebagai era  globalisasi. Perubahan juga terjadi dengan begitu cepat sehingga menuntut kita untuk lebih adaptif terhadap kondisi ini. Bekal Ilmu Pengetahuan dan TEKnologi (IPTEK) yang mumpuni sangatlah diperlukan guna menunjang eksistensi kita di era ini. Dan salah satu syarat untuk mewujudkan hal itu adalah dengan budaya literasi.

Budaya Literasi

Tantangan yang kita hadapi kedepan sangatlah berat. Mau tidak mau hal itu membutuhkan penyikapan yang tepat dari diri kita sebagai "pemeran utama" di era ini. Tanpa adanya literasi yang mumpuni maka akan menjadikan kita tertinggal dan buta akan perubahan zaman. Peranan literasi sangatlah penting dalam membentuk pribadi yang mampu memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, serta mentransformasi informasi yang ada menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan juga khalayak luas.

Aspek paling sederhana dari literasi adalah kebiasaan membaca. Semakin tinggi minat baca maka kemampuan literasinya juga semakin baik. Sayangnya,  pada saat ini literasi baca Bangsa Indonesia masih sangat rendah. Mengutip laman edukasi.kompas.com, dari hasil penelitian UNESCO diketahui bahwa kebiasaan membaca orang Indonesia hanya menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Kita hanya berada satu tingkat diatas Botswana. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat betapa pentingnya nilai literasi terhadap peradaban sebuah bangsa.

Rendahnya kebiasaan membaca warga kita ditengarai karena kurangnya akses yang memadai, khususnya untuk daerah-daerah terpencil. Padahal bisa jadi ada banyak sekali warga kita di pelosok yang memiliki hasrat tinggi untuk membaca namun tidak berdaya oleh karena ketiadaan bahan bacaan.

Para pegiat literasi yang melakukan pengumpulan buku-buku bacaan dan kemudian mendistribusikannya ke beberapa daerah pelosok merupakan secercah harapan ditengah-tengah himpitan kesulitan menyebarluaskan budaya literasi. Kesulitan semacam inilah yang mestinya dibaca oleh segenap pemangku kepentingan agar turut serta menciptakan kemudahan akses sehingga budaya literasi bisa tersebar luas tanpa hambatan.

Keunikan yang Menjadi Hambatan

Negara kita memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan negara-negara lain di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sekitar 17.000 pulau dengan rentang jarak mencapai 5.000 km dari bagian timur hingga barat. Keunikan alam geografis Indonesia ini memang merupakan sebuah anugerah luar biasa yang harus kita syukuri. Akan tetapi masih belum dibarengi dengan pemerataan infrstruktur yang memadai di sebagian penjuru negeri.

Hal inilah yang sepertinya menjadi penyebab mahalnya biaya logistik di Indonesia. Mengutip dari laman kompas.com dan katadata.co.id, saat  ini Indonesia merupakan negara dengan biaya logistik termahal di kawasan Asia yaitu dengan angka 24% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Negara-negara lain di ASEAN saja biaya logistiknya lebih kecil dari kita, diantaranya Vietnam dengan 20% dari PDB, Thailand dengan 15% dari PDB, Malaysia dengan 13% dari PDB, bahkan Singapura hanya 8% dari PDB. Jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia lain seperti Tiongkok, Jepang, India, Taiwan, atau Korea Selatan biaya logistik kita masih kalah jauh.

Besar Biaya Logistik Terhadap PDB untuk Beberapa Negara Asia (Sumber : databoks.katadata.co.id)

Dampaknya, ada cukup banyak wilayah di negeri ini yang kurang mendapatkan support logistik memadai. Pada akhirnya bukan hanya harga barang-barang kebutuhan yang menjadi mahal, pengiriman buku-buku bacaan sebagai penunjang literasi pun terkendala. Sehingga diperlukan adanya sebuah penyedia jasa pengiriman yang kreatif, inovatif, serta solutif terhadap tantangan sektor logistik di Indonesia.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline