Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker & Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Projo Bubar karena Jokowi Tidak Punya "Musuh"?

Diperbarui: 24 Oktober 2019   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana konferensi pers saat Projo menyatakan diri bubar | Sumber gambar: news.detik.com

Sebuah berita mengejutkan muncul ketika Ormas Pro Jokowi (Projo) menggelar jumpa pers dan menyatakan bahwa tugas mereka sudah selesai pasca pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih serta pengumuman tim Kabinet Indonesia Maju kemarin (23/10). Bubarnya Ormas Projo ini ditengarai oleh kekecewaan yang mereka rasakan setelah Presiden Jokowi memutuskan untuk "merangkul" Prabowo Subianto, mantan rival politik Jokowi, menjadi bagian dari tim Kabinet Indonesia Maju.

Sebagaimana kita tahu, Projo adalah ormas "militan" yang gigih melawan rival politik Jokowi. Mulai dari era pemilihan gubernur DKI Jakarta hingga pemilihan presiden tahun 2014 dan 2019, Projo dengan setia mengawal Jokowi.

Projo bubar karena kecewa Jokowi memilih akur dengan rival politiknya. Projo "menginginkan" Jokowi memiliki "musuh" sehingga bisa mereka lawan. Sedangkan Jokowi sendiri menginginkan yang sebaliknya. Beliau merangkul segenap rival politiknya untuk turut serta membangun pemerintahan.

Pertanyaannya sekarang, adakah yang salah dengan keinginan Presiden Jokowi dengan menggandeng rival "terberat" politik untuk menjadi "sahabat" politiknya? Banyak kalangan yang berpendapat bahwa "akurnya" Jokowi dan Prabowo adalah "pertanda buruk" bagi demokrasi. Haruskah demokrasi dibangun diatas rivalitas dan pertentangan kubu yang mana kita tahu selama beberapa tahun terakhir ini justru menciptakan ketegangan publik seiring "permusuhan" antara cebong versus kampret?

Kata para ahli, harus ada kubu posisi yang mengkritisi pemerintah dengan segala kebijakannya. Memangnya kubu oposisi hanya Prabowo saja? Masih banyak diluar sana orang-orang yang memiliki semangat tinggi untuk mengkritisi kebijakan tidak populis pemerintah. Jangan mengkhawatirkan ketiadaan Prabowo disana.

Kembali terkait Projo, mengapa mereka merasa kecewa dengan bergabungnya Prabowo kekubu Jokowi? Bukankah hal itu seharusnya disambut sebagai "kemenangan"? Memangnya tujuan Projo itu apa? Untuk "menghancurkan" musuh Jokowi? Mempermalukan para rival? Atau apa?

Selama ini kita dibuat tidak nyaman terkait perseteruan yang terjadi antara mereka yang menyebut diri sebagai loyalis Jokowi dengan mereka pendukung Prabowo. Ketika tokoh utama yang menjadi sumber perseteruan ini sudah menyatakan tidak ada rivalitas lagi, mengapa malah justru kita permasalahkan? Mungkinkah selama ini pembuat gaduh publik itu adalah orang-orang seperti ini?

Para pemuka Projo menyatakan bahwa bersatunya Jokowi dan Prabowo adalah bentuk realitas politik yang tidak biasa. Mereka merasa sulit untuk menerima kenyataan itu. Kekecewaan, itulah kata kunci yang mendasari bubarnya ormas ini. Kalau boleh bertanya, sebenarnya Projo sendiri ingin Jokowi bertindak apa? Jangan mengajak Prabowo masuk kabinet dan tetap membiarkannya "melawan" Jokowi? Lantas pertentangan cebong vs kampret bisa terus berlangsung?

Rakyat sudah lelah menyaksikan perseteruan yang terus menerus terjadi. Media sosial (medsos) sudah cukup lama dibuat gaduh para cebong dan para kampret. Kini saatnya menyudahi kegaduhan itu. Negara ini dibangun dengan asas gotong royong, begitupun demokrasi Indonesia juga dilandasi dengan semangat serupa.

Mengapa harus mencari musuh jikalau membangun bangsa ini bisa dilakukan dengan saling bergandengan tangan? Nabi Sulaiman pernah berkata, "Janganlah kalian bangga memiliki seribu teman, karena itu terlalu sedikit. Dan janganlah kalian senang memiliki seorang musuh, karena itu terlalu banyak." Lalu mengapa kita kecewa saat musuh itu tidak ada?  

Salam hangat,

Agil S Habib




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline