Barangkali kita pernah mendengar keluh kesah rekan-rekan kita yang berprofesi sebagai karyawan pabrik atau pekerja di suatu organisasi bisnis.
Mereka merasa bahwa profesinya hanya membuat kehidupan mereka "begitu-begitu" saja. Terbersit keinginan untuk menjalankan usaha sepulang kerja, tapi tubuh serasa lelah selepas seharian penuh bekerja.
Pada akhirnya waktu setelah pulang kerja pun hanya dimanfaatkan untuk melepas penat. Beristirahat. Mereka kemudian benar-benar menggantungkan sepenuhnya kondisi perekonomiannya pada profesi sebagai karyawan.
Sehingga tidak sedikit yang lantas mengeluhkan kondisinya karena merasa hidupnya penuh dengan keterbatasan ekonomi, tidak leluasa saat menginginkan membeli suatu barang tertentu karena harus menunggu sampai akhir bulan terlebih dahulu selepas gajian.
Kehidupan sebagai karyawan menjadi tak ubahnya penjara bagi sebagian orang. Bagi yang bekerja di jam kerja "normal", masuk jam 08.00 dan pulang jam 16.00 atau 17.00, hari-hari seseorang benar-benar dihabiskan untuk bekerja saja.
Pagi berangkat kerja, pulang sore, malam istirahat di rumah, dan besok pagi kembali lagi berangkat. Saat akhir pekan barulah ada kesempatan untuk rehat dari rutinitas pekerjaan yang menjemukan. Hari-hari selanjutnya kembali berlangsung tidak jauh berbeda dari sebelumnya.
Untuk mereka yang bekerja shift, mungkin ada perubahan jam masuk serta pulang kerja setiap satu minggu sekali atau setiap beberapa periode waktu tertentu.
Namun sebenarnya hal ini hanya memperpanjang pengulangan waktu siklus rutinitas dari pekerjaan seseorang saja. Kembali, kondisi seperti ini bagi sebagian orang terasa monoton. Membosankan.
Akan tetapi rutinitas menjemukan seperti itu bagi sebagian orang lain justru memberi mereka kesempatan untuk berkarya lebih dari biasanya.
Orang-orang yang mampu mencari celah di antara kemonotonan profesinya, justru mampu berkreasi sesuatu yang lebih dari biasanya sehingga mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan pribadi mereka di masa yang akan datang.
Kita tentu sudah tidak asing menjumpai orang-orang berprofesi karyawan yang masih menyempatkan diri untuk bekerja paruh waktu dengan memberikan layanan jasa ojek online, membuka lapak dagangan selepas pulang kerja, menempuh studi akademik tingkat lanjut, atau bahkan ada yang membuka jasa lain yang bertolak belakang dibandingkan dengan jenis profesi yang dijalaninya sebagai karyawan.