Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker & Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Bias Emosi Bahasa Tulisan

Diperbarui: 10 September 2019   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa tulis reskan menimbulkan bias informasi | Ilustrasi gambar : www.provoke-online.com

Keseharian kita tidak bisa dipisahkan dari yang namanya komunikasi dengan orang lain. Baik itu komunikasi yang dilakukan secara verbal ataupun lewat tulisan. 

Komunikasi yang kita lakukan dengan pembicaraan langsung pada umumnya lebih bisa ditangkap secara utuh maksud dan emosi yang tersimpan dibaliknya. Seseorang yang kita ajak bicara dapat mengetahui ekspresi kita dari mimik wajah, intonasi, nada bicara, atau dari volume suara yang kita sampaikan. 

Sehingga maksud yang ingin kita sampaikan dalam percakapan bisa diterima oleh orang lain dengan sebagaimana mestinya. Meski terkadang juga ada kemungkinan terjadinya mispersepsi dari kata-kata yang disampaikan. 

Seperti halnya seseorang yang punya karakter suara keras, ada kemungkinan orang lain yang mendengarkan ucapannya seperti dibentak atau dikasari. Padahal sebenarnya tidak. Akan tetapi kondisi ini sebenarnya cukup jarang terjadi.

Situasinya sangat berbeda dibandingkan ketika kita berbicara melalui media tulisan, baik itu via percakapan Short Message Service (SMS), pesan WhatsApp (WA), Facebook Messenger, line, dan lain sebagainya. 

Emosi yang disampaikan melalui pesan tulis berpotensi ditangkap secara berbeda oleh sang penerima. Tulisan yang kita maksudkan sebagai candaan adakalanya dianggap serius oleh orang lain. Kondisi seperti ini bisa terjadi ketika sang penerima pesan mood-nya sedang tidak baik. 

Emosinya sedang dalam kondisi "tensi tinggi" akibat satu dan lain hal. Jadi dalam hal ini ada semacam relativitas penerimaan informasi yang disampaikan melalui bahasa tulisan. 

Ketika informasi yang bersifat candaan dianggap serius, maka informasi seriuspun bisa dianggap sebagai candaan semata. Semuanya bergantung pada kondisi psikologis penerima pada saat itu.

Menyampaikan emosi dengan tulisan itu bisa dibilang susah-susah gampang. Ada berbagai macam kemungkinan tulisan kita dimaknai berbeda oleh orang lain. 

Pemahaman seseorang yang terbatas terhadap suatu konteks pembicaraan akan membuat komunikasi tidak berjalan lancar. Sehingga terkadang perlu ada "intermeso" dalam menyambung komunikasi dengan bahasa tulis.

Dalam menyampaikan maksud utama diri kita kepada orang lain melalui tulisan, dengan harapan orang lain memahami maksud emosi kita maka perlu adanya alat bantu supaya hal itu bisa dipahami dengan sebagaimana mestinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline