Para jamaah haji Indonesia sudah berangsur-angsur pulang ke tanah air. Jamaah haji kolter 15 Embarkasi Batam (BTH-15) merupakan kelompok jamaah haji terakhir yang tiba dari tanah suci. Kini para jamaah haji itu telah layak mengemban "gelar" haji (H.) atau hajah (Hj.) didepan namanya.
Meskipun sebenarnya sebutan ini bukan merupakan suatu keharusan. Yang terpenting dari itu adalah tentang bagaimana seseorang selepas menunaikan rukun Islam kelima ini bertumbuh menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya, lebih dewasa, dan tentunya lebih bijaksana. Kita seringkali menyebutnya "mabrur".
Selama ini, kita seringkali melakukan pembahasan tentang haji hanya sebatas pada kuota haji, umur termuda atau tertua calon jamaah, kloter keberangkatan atau kepulangan jamaah, hingga berita tentang orang-orang dari kalangan marginal yang berhasil berangkat ke tanah suci dengan perjuangannya yang luar biasa.
Namun kita mengabaikan satu hal penting terkait apa dan bagaimana sumbangsih dari para "alumnus" haji ini dalam membangun masyarakat. Terlepas dari latar belakang masing-masing orang, para haji dan hajah ini merupakan orang-orang pilihan yang telah berhasil menyempurnakan rukun Islamnya.
Dengan kata lain, seseorang yang telah berhaji pastinya memiliki nilai tambah tersendiri.
Pembelajaran Ibadah Haji
Dalam buku ESQ (Emotional Spiritual Quotion) karya Bapak Ary Ginanjar Agustian, disebutkan bahwa haji merupakan puncak dari pengasahan diri. Beliau menyebutnya total action. Ada banyak sekali pembelajaran mulai dari mengenakan baju ihram, melakukan thawaf, wuquf, sa'i, hingga melontar jumrah.
Semua ritual itu sebenarnya tidak hanya sebatas aktivitas fisik dan penggugur rukun haji semata, akan tetapi juga memiliki nilai pembelajaran yang luar biasa dalam membangun karakter diri seseorang.
Sehingga lazim apabila kita mengharapkan seseorang yang pulang dari menunaikan ibadah haji perilakunya menjadi semakin baik, akhlaknya semakin berkualitas, dan kebijaksanaannya pun berkembang lebih baik daripada sebelumnya.
Pembelajaran yang diperoleh mereka yang telah berhaji sayogyanya tidak sebatas menjadi "konsumsi" pribadi saja. Akan tetapi juga bisa "ditularkan" kepada masyarakat sekitar. Mereka bisa berbagi inspirasi agar orang lain ikut terpacu berangkat ke tanah suci. Mereka juga bisa mencontohkan sikap dan perilaku terbaik sebagai seorang haji atau hajah.
Tutur kata, sikap, dan perilaku yang baik akan menjadi keteladanan berharga bagi orang lain untuk berbuat serupa. Bisa dibayangkan betapa luar biasanya dampak yang dihasilkan di masyarakat apabila orang-orang yang telah menjadi haji atau hajah ini mampu menjadi komunitas keteladanan bagi masyarakat di sekitar.
Sangatlah luar biasa apabila haji atau hajah ini mampu melahirkan karya-karya yang membangun masyarakat.