Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Perusahaan Mental Gratisan

Diperbarui: 16 Agustus 2019   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian perusahaan ada yang cukup pelit kepada karyawannya | Ilustrasi gambar : merdeka.com

Sebuah keluh kesah diutarakan oleh salah seorang sanak kerabat saya terkait pekerjaan yang ia jalani. Berprofesi sebagai staff Human Resources (HR) di salah satu perusahaan tentu load kerja yang dihadapi tidak sedikit. Terlebih menjelang akhir bulan saat memasuki periode closing gaji karyawan, ketika jam kerja normal serasa tidak mencukupi. 

Sehingga alternatif satu-satunya adalah dengan bekerja lembur. Apabila menyangkut beberapa jenis pekerjaan lain biasanya bisa ditunda hingga esok hari penyelesaiannya, urusan penggajian harus berkejar-kejaran dengan waktu. Deadline waktu yang ditentukan sangat mepet sehingga membuat semua orang yang terlibat didalamnya serba buru-buru. 

Oleh karena itu, pada waktu-waktu tertentu kerabat saya ini harus mengalokasikan waktunya khusus untuk lembur menyelesaikan urusan pekerjaannya yang belum tuntas.

Layaknya sebuah organisasi bisnis, urusan yang dihadapi tentu beraneka ragam. Termasuk di bagian HR sekalipun. Tidak mengherankan juga tatkala beberapa tugas kerja dipegang oleh satu orang yang sama, sehingga membuat seseorang terkadang overload dan kelabakan menyelesaikan beberapa pekerjaannya. 

Lembur seringkali menjadi solusi bagi karyawan untuk bekerja melebihi jam kerja guna menuntaskan beberapa tanggungan pekerjaan. Hal ini berlaku hampir di semua bagian perusahaan.

Beberapa perusahaan tidak terlalu hitung-hitungan ketika karyawannya melakukan lembur. Mereka akan dibayar sesuai dengan jam kerja tambahan yang mereka jalani. Tentu dengan catatan bahwa sang karyawan bertanggung jawab terhadap waktu yang dijalaninya itu. 

Namun ada sebagian perusahaan yang cukup ketat dalam memberlakukan kebijakan ini, sehingga muncul beberapa alternatif kebijakan seperti ganti hari atau sejenisnya. Terkadang, ada perusahaan-perusahaan yang "menuntut" loyalitas karyawannya dalam menuntaskan semua pekerjaannya. 

Apapun kebijakan yang diberlakukan, tetap saja semua itu harus didasarkan pada prinsip menghargai karyawan. Karyawan yang merelakan waktunya untuk bekerja gratis dalam durasi setengah hingga satu jam sudah bisa dianggap loyal terhadap pekerjaan. Terlebih ketika mereka "mengikhlaskan" berjam-jam waktunya diatas jam kerja normal untuk menuntaskan semua pekerjaan. Loyalitas mereka patut dijunjung tinggi. 

Akan tetapi hal ini tentu tidak bisa dilakukan setiap hari dan oleh setiap orang. Mereka yang bekerja melebihi jam kerjanya dan memiliki beban kerja yang cukup banyak juga perlu diapresiasi oleh perusahaan. 

Membayar upah lembur selama beberapa jam yang dijalani hendaknya tidak menjadi pertimbangan berat, terlebih ketika hal itu menyangkut pekerjaan yang memiliki urgensitas tinggi. Tentunya urgensinya itu bukan karena dibuat-buat karyawan karena ingin "mencari" lemburan, tetapi memang karena hal itu benar-benar penting.

Kerabat yang saya sebut di awal tulisan ini mengalami sebuah momen ketika ia harus bekerja lembur hingga tiga jam lebih karena mendapatkan tugas tambahan merampungkan data audit. Kesepakatan diawal sebenarnya para atasan mengizinkan dilakukannya lembur demi menuntaskan segala persiapan terkait audit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline