Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Gus Sholihin, Nick Vujicic "Made in Balung Kulon"

Diperbarui: 12 Juli 2019   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gus Sholihin adalah potret seseorang yang menerima kekurangan atas dirinya sendiri (Foto: Dokumentasi pribadi)

 

 Dunia tidak pernah kekurangan sosok teladan dan pemberi inspirasi bagi banyak orang. Tidak sedikit dari sosok-sosok inspiratif tersebut yang kondisinya tidak jauh lebih baik dari kita. Bahkan banyak di antara mereka yang lebih miskin, mendapatkan lebih banyak kesulitan hidup, dan mungkin memiliki kondisi fisik yang lebih terbatas. 

Salah satu sosok dengan keterbatasan fisik tersebut adalah Nick Vujicic. Seseorang yang mengidap sindrom Tetra Amelia yang mengakibatkan lengan dan kaki tidak berkembang. Sebuah keterbatasan yang mungkin menghadirkan rasa frustasi bagi sebagian orang, namun tidak demikian halnya dengan Nick. Ia justru mampu menjadi seorang motivator hebat yang begitu populer hampir diseluruh dunia.

 

Nick Vujicic dalam salah satu seminarnya (Sumber gambar : https://www.attitudeisaltitude.com)

 Ketika membicarakan nama Nick Vujicic maka yang terlintas dalam benak kita adalah kehidupan penuh perjuangan dengan segala keterbatasan fisik yang dimiliki. Nick membuktikan kepada semua orang bahwa keterbatasan fisik bukanlah akhir dari segalanya, bahkan ia bisa menjadi sosok yang lebih menginspirasi dibandingkan orang-orang kebanyakan.

Membahas perihal seseorang dengan keterbatasan fisik, saya memiliki seorang kerabat dekat atau lebih tepatnya kakak sepupu yang sejak kecil terlahir dengan kondisi fisik tidak sempurna. Beliau terlahir dengan gangguan pada saraf motoriknya. Tubuhnya begitu kaku sehingga membatasi gerak langkahnya. Beliau bernama Muhammad Sholihin dan saya biasa memanggilnya Gus Sholihin. 

Saat ini beliau tinggal di Desa Balung Kulon, Jember, Jawa Timur. Secara usia beliau lebih muda beberapa tahun dari saya, namun karena beliau adalah putra dari kakak ibu saya maka saya memanggilnya "Gus". Beliau adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya sendiri terlahir normal, hanya Gus Sholihin saja di keluarganya yang terlahir dengan gangguan pada fisiknya.

Sejak kecil mengenal beliau, hampir tidak pernah terlihat kesedihan atau mengutuk nasib atas apa yang terjadi pada dirinya. Ia melihat dirinya secara positif. Mungkin hal ini akibat dari nilai-nilai agama yang kuat ditanamkan oleh keluarga kepadanya.

Saat ini beliau aktif mengajar mengaji anak-anak di kampungnya. Menjadi ustadz seperti impiannya dulu. Beliau melayani dirinya sendiri tanpa berupaya merepotkan orang-orang di sekitar. 

Keinginannya yang kuat untuk mandiri telah membuatnya mampu untuk melakukan banyak aktivitas sendiri. Sekarang ia sudah bisa mengendarai sepeda motor sendiri, bahkan ia pun mampu membonceng orang lain bersamanya.

Gus sholihin dengan rutinitasnya membersihkan mushola tempat ia mngejari anak-anak kecil mengaji (Foto: Dokumentasi pribadi)

 Gus Sholihin mungkin tidak terlalu menonjol di masyarakat. Namun perilakunya sudah cukup menjadi contoh positif bagi orang-orang di sekitar agar tetap bersikap optimis terhadap segala kekurangan yang ada. 

Keterbatasan pada dirinya bukanlah dalih untuk menjauh dari Sang Pencipta, malah justru sebaliknya menjadikan semakin dekat dengan-Nya. Terlihat dari dedikasinya untuk mengajarkan ilmu agama kepada orang lain sebagai seorang guru ngaji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline