Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Kapan Kita Pensiun dari Medsos?

Diperbarui: 9 Juli 2019   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang yang bermedsos (Sumber gambar : https://jateng.tribunnews.com )

Hingar bingar kehidupan dunia maya saat ini sudah menyebar kepada semua generasi. Mulai dari generasi baby boomers hingga generasi alpha pun semuanya sudah mengenal smartphone, terbiasa menggunakan whatsapp, serta berselancar dengan facebook, instagram, dan lain sebagainya. 

Bersosialisasi dengan segenap orang yang tinggal jauh dari lingkungan kita bukan merupakan sesuatu yang aneh lagi. Bermedia sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.

 Bangun tidur terasa aneh jika tidak menengok smartphone biarpun hanya sejenak. Saat bekerja pun tidak jarang kita masih menyempatkan diri untuk melihat status teman kita di laman facebook, twitter, atau instagram. Ketika santai apalagi, kurang puas rasanya apabila tidak ngepoin media sosial (medsos). 

Melakukan update status pribadi, menuliskan komentar, atau sebatas melihat-lihat status yang dibuat oleh orang lain adalah sebuah kebiasaan yang sudah mengakar kuat. Lantas apa yang akan terjadi apabila kita tiba-tiba diminta untuk menghentikan semua kebiasaan itu?

Pada saat akses sinyal internet mudah didapat, maka kita dengan begitu nyaman berselancar di dunia maya, khususnya saat bermedsos ria. Namun ketika kita tengah bepergian ke suatu tempat di pelosok yang mana sinyal komunikasi begitu sulit didapat, untuk telepon atau SMS saja susah, maka kita merasa seperti kembali kemasa lalu. 

Sebuah masa dimana dunia terlihat sangat "sempit" seiring kita hanya bisa berkomunikasi dan bertemu muka sebatas dengan orang-orang yang ada di dekat kita saja. Sangat jauh berbeda dengan kita yang kini hidup di era digital, dimana jarak seperti tak berarti lagi. Kita yang sudah semakin terbiasa hidup bermanjakan teknologi digital memang akan terasa sulit untuk berlepas diri darinya. 

Dengan kondisi seperti itu, menjadi terasa begitu luar biasa ketika ada seseorang yang berani memutuskan dirinya untuk "pensiun" dari media sosial seperti apa yang dilakukan oleh selebritis Cinta Laura. Terlebih dia adalah sosok publik figur yang memiliki basis penggemar atau komunitas yang merindukan kabar kehidupannya.

Langkah yang ditempuh oleh Cintai Laura ini mungkin oleh sebagian orang dikaitkan dengan kasus tersebarnya foto intim dirinya dengan sang kekasih beberapa waktu lalu. 

Terlepas dari apapun yang melatarbelakangi keputusannya, akan selalu ada pemicu yang menjadi dasar pengambilan keputusan seseorang. Keberadaan medsos disatu sisi mungkin menjadi sarana aktualisasi diri seseorang, namun disisi lain medsos juga menjadi sebab hilangnya privasi seseorang. 

Di medsos, saat kita berbicara sedikit "menyimpang" maka serbuan komentar bernada nyinyir atau negatif akan datang bertubi-tubi. Ketika kita mengunggah foto atau gambar yang dianggap "aneh" maka situasi serupa juga akan terjadi, seolah-olah kita iini tidak memiliki hak apapun di medsos selain mengikuti keinginan netizen

Setidaknya itulah aturan tidak resminya. Bagi masyarakat biasa, mungkin sangat jarang mendapatkan perhatian dari netizen. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan selebritis dunia maya yang gerak-geriknya begitu dipantau luas oleh masyarakat digital ini. Meskipun begitu, tidak sedikit juga "kalangan biasa" yang menjadi korban "keganasan" medsos. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline