Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Ketika Kebohongan Lebih Menjanjikan Kenyamanan daripada Kejujuran

Diperbarui: 25 Maret 2019   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kejujuran membutuhkan tekad, kekuatan, dan dukungan (Ilustrasi gambar : https://anvilmotion.com)

Slogan yang diusung oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dulu sempat populer mungkin berupakan sebuah nilai idealisme yang semakin sulit ditemui sekarang ini. 

Berani jujur hebat. Kejujuran merupakan nilai mulia yang kini terasa begitu mahal dimiliki oleh seseorang. Demi sebuah keuntungan lebih, seseorang rela berbohong. 

Demi menghindari murka atasan, seseorang lebih memilih berkata bohong daripada mengutarakan kejujuran. Demi agar mendapatkan peningkatan karir, seseorang melakukan manipulasi data. 

Ada begitu banyak jalan pintas yang ditawarkan sebuah kebohongan sehingga seseorang tergoda untuk mengikutinya. Lebih parah lagi ketika kebohongan itu sudah membudaya dalam sebuah organisasi, institusi, lembaga, atau bahkan didalam lingkungan keluarga. 

Akibatnya mereka yang berusaha mempertahankan diri dengan kejujurannya terasa diasingkan atau dipandang sinis oleh lingkungannya. Nilai-nilai positif budaya jujur terasa tenggelam dan dipandang terbalik oleh sebagian masyarakat kita.

Memiliki kejujuran didalam diri ibarat memiliki harta yang sangat berharga. Nilai sebuah kejujuran diakui sebagai sesuatu yang mulia oleh setiap orang. Seorang pembohong sekalipun ketika dirinya dibohongi mungkin tidak akan menyukainya. 

Sebenarnya kita semua menyukai dan mengakui kemuliaan dari sikap jujur. Namun terkadang situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar seolah menghipnotis atau memaksa kita mengingkarinya. 

Tawaran yang diberikan sebuah kebohongan umumnya langsung berdampak instan. Seorang yang melakukan kecurangan dalam mengurangi timbangan jualannya, akan memperoleh keuntungan saat itu juga. 

Karyawan yang menyampaikan informasi bohong bisa saat itu juga terhindar dari murka sang atasan. Berbeda halnya dengan penerapan kejujuran. Seringkali bukan dampak instan yang diterima, ganjaran yang diterima kebanyakan tidak bisa diperkirakan. 

Kadangkala butuh waktu hingga bertahun-tahun untuk merasakan indahnya kejujuran. Satu hal yang bisa dipastikan, sebuah kejujuran pada akhirnya akan berujung manis. Meski diawalnya ada kedukaan atau kesukaran, diakhir cerita kejujuran akan menunjukkan keindahannya.

Kejujuran adalah nilai mulia yang membudaya apabila hal itu ditanamkan sebagai kebiasaan didalam diri setiap orang. Lingkungan keluarga menjadi titik awal memulai penanaman kebiasaan positif ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline