Tuntutan didalam lingkungan kerja sangatlah dinamis. Selain rutinitas pekerjaan harian yang harus dijalani, seringkali ada beberapa permasalahan tak terduga yang harus kita hadapi dan kita selesaikan selama periode tersebut. Berbeda dengan teori, realitas di dunia kerja seringkali berbeda dengan yang tertera di buku ajar selama masa pendidikan.
Memerlukan penalaran dan pengalaman untuk bisa menarik kesimpulan dan mengambil keputusan dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Terkadang ada upaya gambling atau trial and error dalam memutuskan sesuatu. Syukur apabila dibalik keputusan yang diambil tersebut memberikan dampak yang positif. Akan tetapi tidak jarang kondisi sebaliknya yang terjadi.
Terkadang, seorang bawahan atau karyawan terburu-buru memutuskan suatu persoalan sendiri tanpa melalui konsultasi ke atasan atau pemimpinnya. Dalam beberapa kesempatan hal itu bisa dibilang baik karena merupakan wujud inisiatif seorang pekerja terhadap pekerjaannya. Bahkan sistem yang berlaku di Toyota sangat mendorong struktur terbawah di organisasinya untuk berani menentukan keputusan sendiri.
Hanya saja, dalam situasi dan kondisi tertentu dimana seorang pekerja memiliki keterbatasan pengetahuan dan pemahaman terkait suatu persoalan, berinisiatif memberikan solusi berdasarkan asumsi pribadi sangatlah berisiko. Jikalau memang asumsi yang dimiliki kebetulan tepat sesuai, maka barangkali hasilnya akan baik. Lain halnya apabila asumsi tersebut berbeda jauh dari situasi dan kondisi sebenarnya. Karena asumsi yang salah bisa jadi justru memantik munculnya permasalahan yang lain.
Dalam menyusun skripsi atau tugas akhir, asumsi seringkali dipergunakan untuk mengabaikan suatu kondisi yang penuh ketidakpastian agar model penelitian berjalan sesuai harapan. Akan tetapi dalam dunia nyata asumsi perlu dibuat seminimal mungkin. Bagaimanapun juga dalam kenyataan tidak ada yang benar-benar berada dalam kondisi ideal. Senantiasa ada "kerikil" berserakan yang menuntut kita untuk bersikap fleksibel dan antisipatif terhadap segala kemungkinan.
Setiap perencanaan yang kita buat kemungkinan besar tidak akan tepat sama. Akan selalu ada deviasi terhadap rencana yang telah kita buat sebelumnya. Untuk itulah perlu mempersiapkan lebih dari satu rencana. Hanya saja, setiap kemungkinan yang akan terjadi perlu diperhitungkan. Ketika terjadi situasi diluar kendali, jangan sekali-kali kita mengambil keputusan hanya berdasar asumsi semata. Keputusan terbaik dibuat berdasarkan sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan.
Sebagai pemimpin, menentukan pengambilan keputusan selain berdasarkan data juga berdasar pengalaman masa lalu. Sedangkan sebagai seorang bawahan atau anggota tim, suatu kondisi yang sekiranya butuh adanya pengetahuan dari atasan sebaiknya dikomunikasikan terlebih dahulu.
Jangan mendahului pengambilan keputusan tanpa sepengetahuan pemimpin, terlebih keputusan yang diambil hanya berdasar asumsi semata. Lebih baik menganggap diri tidak tahu atau tidak paham sehingga menyempatkan diri untuk bertanya dan berkonsultasi, daripada menganggap diri seolah tahu semua namun hasil keputusannya memberikan konsekuensi negatif yang merugikan.
Ada sebuah ungkapan dari seorang pemimpin yang menyatakan, "Asumsi itu membunuhmu!". Asumsi mungkin diperlukan dalam situasi dan kondisi tertentu. Akan tetapi ketika melibatkan proses pengambilan keputusan sebaiknya asumsi tidak dijadikan sebagai rujukan.
Menggali sumber data yang valid, referensi terpercaya, dan saran atau pendapat dari para expert seperti pemimpin atau atasan kita. Jangan melakukan hal-hal yang kita tidak memiliki pengetahuan terhadap hal itu. Sehingga sangat penting untuk memperkaya pengetahuan (knowledge) diri kita setiap waktu.
Salam hangat,