Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Nyala Lilin Kedamaian

Diperbarui: 11 Oktober 2015   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar : https://loperation.files.wordpress.com"][/caption]

Beberapa waktu lalu terdapat sebuah kasus pembantaian oleh seorang bersenjata yang masuk ke lingkungan kampus dengan menembaki para mahasiswa dan dosen pengajar di dalam sebuah kelas. Sebuah peristiwa yang menarik simpati banyak orang. Aksi simpatik dengan menyalakan lilin oleh mereka yang berduka dan ikut merasakan kepedihan dari terjadinya peristiwa ini pun digelar di lingkungan kampus tersebut. pada medio Juni 2015 yang lalu, kita juga mendapatkan kabar menyedihkan dari seorang anak kecil bernama Angeline yang meninggal dunia karena dibunuh oleh orang tua angkatnya. Sebuah tindakan tidak berperikemanusiaan, apalagi dilakukan terhadap seorang anak kecil dengan latar belakang perebutan harta warisan. Sebuah ironi yang mengundang keprihatinan publik.

Gelaran aksi simpatik atas peristiwa ini dengan menyalakan lilin dan melakukan doa bersama dilakukan oleh sekelompok orang yang menolak kekejaman perilaku dari si pembunuh. Sebuah wujud simpati dari mereka yang merasa iba dan merasa berduka cita akan sebuah peristiwa yang menyayat hati seringkali dilakukan dengan menyalakan lilin bersama-sama di suatu tempat tertentu. Di lingkungan kampus, di jalan, taman, atau tempat-tempat yang lain. Simbolisasi lilin, mungkin kita bisa menyebutnya seperti itu. Sebuah aksi simpatik yang ditujukan sebagai wujud belasungkawa, keprihatinan, mengutuk tindakan keji, harapan untuk ketenangan para jiwa yang telah pergi, dan sebuah bukti bahwa masih banyak pribadi yang mencintai kedamaian.

Simbolisasi lilin. Sebuah perwujudan dari gerakan simpatik dari mereka yang terusik oleh adanya tindakan anarki, kesewenang-wenangan, keji, dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Kita semua menginginkan adanya kedamaian dalam setiap tataran kehidupan kita, tidak hanya dalam kehdupan kita sendiri, tetapi juga bagi hidup orang-orang di sekitar kita. Kita menginginkan setiap orang mendapatkan kedamaian dalam hidupnya, dan jauh dari tindakan-tindakan yang menyakiti apalagi sampai menghilangkan nyawa dari seseorang. Siapakah diantara kita yang tidak menginginkan adanya kedamaian dalam hidup? Hanya mereka yang memiliki jiwa iblis saja yang menolak hal ini. Semua orang bermimpi bahwa akan ada kedamaian bagi setiap orang. Musisi besar dunia, John Lennon, memiliki harapan serupa terkait dengan hal ini. Dalam salah satu lagunya yang melegenda, imagine, dia berharap bahwa setiap orang akan bersatu.

Dia berharap bahwa dunia ini jauh dari peperangan, jauh dari tindakan anarki dan menyakiti. Grup band ternama dunia, Scorpion, pun memiliki harapan serupa seperti halnya kita dan John Lennon. Lirik lagu Under The Same Sun memberikan sebuah gambaran betapa kita yang hidup di bawah langit yang sama, di bawah bulan yang sama, di bawah matahari yang sama, dan di dalam bumi yang sama mengapa tidak bisa kita hidup dalam sebuah kedamaian. Tidak bisakah setiap dari kita merasakan rasa damai itu? Tidak bisakah para mahasiswa Umpqua Universiti College menikmati kedamaian di kampusnya tanpa ancaman tembakan dari anarkis bersenjata? Tidak bisakah Angeline kecil terus hidup dalam keriangan masa mudanya? Apakah begitu terlalu banyak jiwa-jiwa serakah dalam dunia yang kita tempati ini?

Lilin yang menyala dalam gelap dalam pijar sinarnya yang sederhana merupakan sebuah analogi untuk menggambarkan harapan akan adanya kedamaian yang menerangi “gelapnya” sikap orang-orang yang dikuasai oleh perilaku dan sifat-sifat suka menyakiti. Kedamaian yang dipancarkan oleh lilin menjadi sebuah harapan akan adanya cahaya damai dalam hidup setiap orang. Kita semua berhak untuk merasakan kedamaian itu. John Lennon tidak sendiri, kita tidak sendiri dalam menjadi pribadi-pribadi pengharap suasana yang damai. Akan begitu menangkan hati rasanya jikalau dalam setiap aktivitas kita terhindar dari segala tindakan anarki dan tindakan-tindakan yang didasari oleh sikap serakah oleh seseorang atau kelompok. Saya dan juga rekan-rekan sekalian tentu berharap bahwa lilin itu akan terus menyala, bukan sebagai peringatan akan kesedihan. Tetapi menyala sebagai simbol harapan akan adanya situasi yang damai dan tenang tanpa ada kekhawatiran apapun.

Nyalakan lilin itu dalam hati kita sebagai sebuah simbol penghidup hati bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang mencintai rasa aman, damai, tenang, dan terhindar dari segala jenis tindakan yang menyakitkan. Semoga mereka yang direnggut nyawanya oleh tindakan keji para manusia-manusia serakah merupakan korban terakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline