BANDUNG – Tahun baru merupakan tanggal perayaan bagi seluruh penduduk dunia. Tanpa melihat negara, status sosial, budaya, bahkan agama. Semua masyarakat merayakan tahun baru di hari yang sama yaitu pada tanggal 31 Desember tepat sebelum pergantian hari menjadi tanggal 1 Januari.
Berbagai perayaan seperti makan bersama, bakar-bakar, bbq, dan pesta kembang api menjadi hal yang biasa kita lihat setiap tahunnya. Tapi, apakah makna tahun baru hanya sebatas itu?
Beberapa orang mengartikan tahun baru sebatas pergantian tahun, beberapa lagi mungkin memaknai tahun baru sebagai titik awal dari suatu target capaian di tahun yang baru. Terlepas dari terwujud atau tidaknya suatu harapan di awal tahun, beberapa orang menjadikan hal tersebut sebagai alat evaluasi di akhir tahun. Tanpa disadari, harapan-harapan di awal tahun bisa menjadi awal kesuksesan seseorang.
Bagi seorang planner, harapan-harapan yang ditulis di awal tahun bisa menjadi suatu urutan langkah yang akan mereka ambil menuju kesuksesan. Walau memang tidak semudah itu untuk mewujudkannya, seorang planner akan merinci setiap harapan di awal tahun berdasarkan analisis keadaannya saat itu. Setelah melewati berbagai pertimbangan sampai pada resiko positif dan negatifnya, mereka akan memilih beberapa hal menjadi list harapan awal tahun yang kemungkinan besar bisa diwujudkan.
Namun, berebeda halnya dengan beberapa orang yang hanya nekad menuliskan harapan awal tahunnya sesuai keinginan tanpa memikirkan kemampuan dirinya. Mereka hanya akan membuat list berbagai hal yang bahkan sejak awal sudah diyakini ketidak mungkinannya. Sehingga sampai akhir tahun nantinya, list tersebut hanya menjadi wacana semata.
Lalu termasuk dimana orang yang bukan keduanya?
Beberapa orang akan tak acuh dengan adanya tahun baru. Baginya hanya tahun saja yang berbeda. Tidak ada harapan di awal tahun. Orang seperti itu akan kembali pada rutinitasnya di pagi hari. Tipe orang yang hanya memikirkan hari ini, urusan besok ya besok lagi.
Tidak ada yang salah dari ketiganya. Seorang planner memiliki kelebihan dengan kematangan rencananya tapi cenderung akan rentan marah saat yang terjadi tidak sesuai dengan rencanya. Seorang ceroboh yang hanya wacana memiliki kelebihan bisa menikmati setiap saat yang terjadi karena tidak merasa terbebani dengan list awal tahun, namun rencananya memiliki peluang kecil untuk terwujud. Sementara seseorang yang hanya memikirkan hari ini dapat memaksimalkan setiap saat yang terjadi namun tidak ada pandangan atau tujuan untuk hari esok. Mereka cenderung hanya mengikuti arus.
Mau menjadi seorang planner, si tukang wacana, maupun pengikut arus, kalian tetap bisa memanfaatkan semua peluang yang ada untuk mencapai kesuksesan di tiap tahunnya. Semuanya kembali lagi ke seberapa besar tekad dan kerja keras kita untuk mencapai kesuksesan. Bukankah usaha tidak akan mengkhianati hasil ? Begitu pula cara kerja kesuksesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H