Lihat ke Halaman Asli

Agi Bufori

Mahasiswa Gabut

Cerita Saritem Bandung: Sejarah, Kontroversi, hingga Nasib Terkini

Diperbarui: 1 Juli 2024   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Julukan Bandung sebagai kota Kembang mungkin tak lagi asing di telinga kita. Namun, diduga julukan "kembang" bukan merujuk pada panorama yang memanjakan mata. Melainkan dituju pada kawasan lokalisasi di jalan Saritem yang banyak dihuni oleh kembang dayang atau wanita penghibur.

Salah satu kisah yang ramai diperbincangkan adalah sejarah keberadaan Saritem, bekas tempat prostitusi di Gardujati yang terkenal. Bahkan, konon kawasan Saritem sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.

Lokalisasi Saritem di Bandung diambil dari nama perempuan bernama Saritem atau bernama asli Nyi Mas Ayu Permatasari. Diyakini beliau adalah orang Sumedang yang menikah dengan tentara Belanda dan kemudian tinggal di daerah Kebon Tangkil Bandung yang nantinya dinamai Jalan Saritem.

Konon dulu di sekitar Kebon Tangkil banyak perempuan dari kampung yang jadi korban perdagangan manusia yang mana mereka ini dijual oleh germo untuk jadi pelacur. Nyai Saritem sering "ngajampan" para pelacur ini supaya mereka nggak laku dan dipulangkan ke kampungnya masing-masing.

Namun, terlepas dari kisah kelam tersebut pada awal abad ke-20, Saritem berkembang pesat sebagai pusat hiburan malam. Tempat ini menjadi tujuan bagi pria dari berbagai kalangan, baik lokal maupun asing, untuk mencari hiburan malam Banyak rumah bordil dan warung remang-remang berdiri di sepanjang jalan di kawasan tersebut.

Kondisi tersebut berlangsung selama bertahun-tahun hingga akhirnya mulai mendapatkan sorotan dari masyarakat dan pemerintah. Banyak warga sekitar yang resah dengan aktivitas ilegal yang terjadi di Saritem, terutama terkait dengan masalah sosial seperti perdagangan manusia, narkoba, dan kriminalitas.

Pemerintah kota Bandung beberapa kali mencoba menertibkan kawasan ini. Upaya penertiban besar-besaran pernah dilakukan pada tahun 2007 dan 2014. Pada saat itu, banyak rumah bordil yang ditutup dan PSK (pekerja seks komersial) dipulangkan atau diberi pelatihan keterampilan agar bisa bekerja di sektor lain.

Penutupan Saritem membawa dampak sosial dan ekonomi yang cukup signifikan. Banyak PSK yang kehilangan mata pencaharian utama mereka dan berjuang untuk mencari pekerjaan lain. Sementara itu, beberapa dari mereka kembali beroperasi secara sembunyi-sembunyi atau pindah ke lokasi lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline