Lihat ke Halaman Asli

Gifary adzani akbar

Mahasiswa fisip unpas

(Opini) Buzzer Politik, Khayalan atau Realita

Diperbarui: 21 Juni 2020   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : pamflet.or.id

Bandung- Fenomena Buzzer kian marak belakangan ini, Buzzer awalnya dipakai sebagai promosi suatu barang ataupun jasa, guna mempengaruhi para pengguna media. Namun belakangan ini buzzer menjadi sorotan dalam dunia politik, karena tingkahnya yang menggelitik, bisa menuai simpatik, hingga polemik.

Lantas siapa buzzer itu?, sejauh ini publik berpendapat bahwa buzzer merupakan akun yang biasanya bodong tidak jelas asal-muasalnya atau disebut fake account.

Menurut penulis buzzer tidak selalu akun palsu, bisa saja seorang influencer yang mendapatkan pesanan. Tujuan buzzer adalah melawan pihak yang bertentangan dengan pemesan buzzer.

Dalam mencapai tujuannya buzzer dapat melontarkan sebuah opini yang bertentangan dengan opini dari pihak lawan, tak jarang memunculkan opini yang menawan, hingga kita terjerumus dalam opini asal-asalan, yang ternyata bukan sebuah kenyataan.

Selain itu buzzer bisa juga menjalankan tugasnya dengan menyerang secara tidak langsung, misalnya dengan membuat suatu hal menjadi trending dalam opini publik, sehingga isu isu yang bertentangan dengan pihak buzzer dapat tertutupi.

Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler, mengatakan: "Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya." Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja.

Pendapat diatas dapat menggambarkan pola sebuah buzzer, dimana buzzer akan menyebarkan sesuatu yang sifatnya kontradiksi secara berulang-ulang, hingga membuat publik percaya.

Fenomena Buzzer adalah hal yang buruk untuk sebuah negara demokrasi. Dalam negara demokrasi kan setiap orang memiliki kebebasan berpendapat?, berarti buzzer juga sah-sah saja mengeluarkan pendapatnya?, tidak begitu karena terdapat sebuah perbedaan pendapat yang dikeluarkan oleh buzzer dan yang bukan Buzzer.

Seorang Buzzer melontarkan pendapatnya karena adanya sebuah tuntutan yang bisa kita sebut pesanan, otomatis berbeda dengan orang yang mengeluarkan pendapat sesuai dengan hati nuraninya.

Yang perlu kita kedepankan adalah bijak dalam menerima informasi, jangan sampai termakan informasi tak akurat, yang nantinya akan berdampak buruk bagi masyarakat,  bijak juga dalam berpendapat, agar informasi yang kita sebarkan merupakan informasi yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline