Lihat ke Halaman Asli

Mengeksplorasi Seni Patung Abstrak di Karya Rita Widagdo

Diperbarui: 23 Oktober 2021   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Seniman Rita Widagdo menggelar pameran bertajuk " Ekuilibrium " Di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Pameran ini di gelar sejak tanggal 17 September 2021 dan akan berakhir pada 24 Desember 2021. Rita Widagdo memamerkan hasil karya serta pikirannya dalam pameran kali ini, terdapat 13 Maket, 10 Patung, dan 8 Relief yang dipamerkan kepada para pengunjung, terdapat catatan dan arsip yang berisi tentang proses kreatif Rita Widagdo semenjak dirinya berkecimpung di dunia kesenian.

Ekuilibrium adalah interpretasi terhadap figur Rita Widagdo dan praktek seninya. Ekuilibrum bukan hanya merujuk pada kualitas estetik karyanya, melainkan terhadap keseimbangan dan juga menggambarkan bahwa kualitas abstrak dalam karya seni menyebabkan proses apresiasi yang seimbang, karena melibatkan persepektif dari penikmatnya.

Saat menjelajahi pameran, pengunjung dapat melihat bagaimana Rita Widagdo memfokuskan karyanya pada keberimbangan dan keteraturan. Seniman yang menghabiskan banyak waktu di Jerman ini kembali ke Indonesia dan telah menciptakan ratusan karya, mulai dari karya yang bersifat personal, karya asitektur, serta karya seni di ruang publik.

Patung patung monumen yang telah dikerjakan Rita tersebar di Rottweil, Papua sampai dengan Aceh, seperti : Tugu Parameswara (Jakarta), Jakarta ; Continuity, dan Dinamika dalam gerak pada tahun 1973. 

Dokumentasi pribadi

"...apa arti sebuah garis  dalam bentuk 3 dimensional, apakah garis ini nyata atau garis itu sebenarnya hanya terjadi karena ada dua bidang bertemu, ataukah hanya batas atau pinggiran dari bentuk."

Pada pamerannya kali ini, Rita Widagdo membagi hasil karya nya menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah karya patung yang memiliki titik berat terhadap permukaan dan mampu berdiri. Pada karya ini Rita banyak memanfaatkan potensi plastisitas lembaran lempeng melipat dan menggulung. Kualitasnya tiga dimensinya dikatakan dapat tercapai apabila tidak mencirikan bagian depan, samping, atau belakang. 

dokumentasi pribadi

Kelompok kedua adalah karya - karya patung yang menjauhi permukaan dan gtavitasi meski menggunakan pedestal. Bentuk patung disangah oleh tiang yang berfungsi sebagai struktur. Rita mulai menjelajahi kemungkinan lempeng yang dipotong dan ditekuk sehingga menghasilkan bidang terbuka dan ruang kosong. Karya yang ada pada kelompok ini mengarah pada apa yang disebut Equipoised sculpure oleh Moholy-Nagy, atau construction around space dalam bahasa Gabo. 

Pengunjung pameran dapat menyaksikan perjalanan Rita Widagdo beserta rekam jejak yang terpampang di salah satu dinding pameran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline