"Udah engga bro, bangkrut karena Covid kemarin," jawab Leo, anak dari pemilik money changer di daerah Buah Batu, Bandung. Bisnis keluarga mereka yang telah bertahan selama lebih dari dua dekade akhirnya terhempas badai Covid-19. Sektor money changer terpukul keras oleh dampak pandemi, seiring dengan lesunya perdagangan dan pariwisata saat itu.
Menolak bangkrut, Leo yang saat itu adalah seorang mahasiswa jurusan manajemen bisnis mencari jalan keluar. Ia meminta orang tuanya berhenti berharap pada keadaan dan mencari peruntungan lain. Di tengah perdebatan dan dilema pandemi, saran Leo untuk mendirikan warung bakso diterima oleh keluarganya.
Tidak disangka, warung bakso itu justru berkembang pesat sampai saat ini, Leo bahkan dengan bangga mengungkapkan bahwa "kini kami memiliki tiga cabang di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung".
Berani beradaptasi, saat itu Leo melihat peluang dalam penggunaan pembayaran digital, QRIS, dalam bisnis mereka. Terlebih saat itu banyak masyarakat enggan menggunakan uang kertas karena bisa menjadi media penularan Covid-19.
Leo dan keluarga money changer-nya hanyalah salah satu dari banyak contoh usaha yang terpukul oleh pandemi Covid-19. Namun, yang membedakan mereka adalah kemampuan Leo untuk bangkit dari keterpurukan dengan cerdas memanfaatkan perkembangan teknologi.
Digitalisasi Ekonomi di ASEAN
QRIS tidak hanya menjadi penyelamat bagi Leo dan seluruh masyarakat Indonesia selama krisis akibat Covid-19, tetapi juga menawarkan peluang besar di masa depan. Bayangkan jika kamu bisa bepergian ke luar negeri tanpa perlu menukarkan uang ke mata uang negara tujuanmu? Atau orang asing datang ke Indonesia tanpa harus repot menukar uang di bank atau money changer sebelum berbelanja.
Masa depan seperti itu sedang di depan mata, karena Indonesia, sebagai ketua ASEAN, menginisiasi kerja sama dengan negara-negara lain untuk menerapkan QRIS Cross-Border. Bukankah ini suatu pencapaian luar biasa? Kita semua memiliki kesempatan untuk mengikuti jejak Leo, bahkan melampaui apa yang telah ia raih.
QRIS Cross-Border diperkenalkan tiga tahun setelah Bank Indonesia meluncurkan QRIS pada 17 Agustus 2019. QRIS adalah protokol standar yang menghubungkan semua sistem pembayaran berbasis kode QR di Indonesia, menciptakan ekosistem yang lebih besar. QRIS bukan sekadar teknologi, lebih dari itu, QRIS mencerminkan ambisi Indonesia untuk menjadi pemimpin dalam inovasi ekonomi digital.
Pada tahun 2020, total nilai transaksi QRIS mencapai Rp8,2 triliun. Kemudian pada tahun 2021, total nilai transaksi meningkat hingga tiga kali lipat menjadi Rp27,73 triliun. Kemudian pada tahun 2022, nilai tersebut melonjak menjadi Rp993 triliun.
Merujuk pada Cetak Biru ASEAN 2025, QRIS Cross-Border yang diluncurkan sebagai alat pembayaran digital lintas batas bukan hanya sekadar alat ekonomi, melainkan juga alat integrasi. Sehingga arus barang dan jasa dapat bergerak dengan bebas melintasi batas negara tanpa hambatan. Dengan peningkatan volume perdagangan, produksi, dan efisiensi, peluang kerja meningkat, serta biaya produksi berkurang.