Lihat ke Halaman Asli

Aghitsa Fauzirra

Public Health, Universitas Diponegoro

Canting Keren: Cegah Stunting dengan Keluarga Berencana

Diperbarui: 18 Desember 2022   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan edukasi terkait "Peran Program KB dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting" kepada ibu baduta di Kelurahan Srondol Kulon

Permasalahan gizi masih menjadi tantangan di negara berkembang. Indonesia saat ini memiliki beban ganda masalah gizi pada balita yaitu di satu sisi terdapat masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih di sisi lain. Gizi kurang yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya stunting. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah usia lima tahun (balita) akibat dari kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. 

Stunting pada balita dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas, mortalitas, rendahnya imunitas, kurangnya kecerdasan, rendahnya produktivitas dan perkembangan otak sehingga berdampak terhadap perkembangan motorik yang lambat dan pertumbuhan mental yang terhambat. Dampak stunting tersebut selain mempengaruhi individu yang mengalaminya, juga berdampak terhadap perekonomian dan pembangunan bangsa. Hal ini terjadi karena sumber daya manusia yang mengalami stunting memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan sumber daya manusia normal.

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu kerawanan pangan, paparan penyakit infeksi, kemiskinan, pengetahuan orang tua, pola asuh orang tua, kehamilan usia dini, dan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu, jarak antar kelahiran yang terlalu dekat juga dapat menjadi penyebab terjadinya stunting. Hal ini terjadi karena jarak kelahiran yang terlalu dekat akan mempengaruhi pola asuh orang tua dalam memberikan ASI dan merawat anaknya. Anak yang mempunyai jarak antar kelahiran yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) akan berisiko mengalami stunting 11,65 kali lebih tinggi daripada anak yang mempunyai jarak antar kelahiran lebih dari 2 tahun.

Maka dari itu, perlu dilakukan upaya pengendalian dan pencegahan stunting. Salah satunya melalui kegiatan edukasi terkait “Peran Program Keluarga Berencana (KB) dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting”. Kegiatan edukasi dilakukan pada hari Sabtu, 10 Desember 2022 dan Selasa, 13 Desember 2022 dengan sasaran ibu baduta (bayi usia 0-24 bulan) di Kelurahan Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik, Kota Semaran. Kegiatan tersebut dilakukan saat pelaksanaan posyandu balita.  Kegiatan edukasi diawali dengan pengisian pre-test terkait stunting, Keluarga Berencana (KB), pola asuh, dan ASI eksklusif. Selanjutnya dilanjutkan dengan pembagian leaflet dan penyampaian materi terkait pentingnya Keluarga Berencana dalam upaya pencegahan stunting oleh Aghitsa Fauzirra Dhiya Azhar. Setelah itu, kegiatan edukasi ditutup dengan pengisian post-test sebagai bahan evaluasi kegiatan edukasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline