Lihat ke Halaman Asli

Tribute To Raju

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13751665861290368621

[caption id="attachment_278408" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Tribute To Raju yaitu aksi penggalangan dana untuk membantu anak-anak gajah di Aceh Sumatera Utara yang menjadi korban karena hutan tempat tinggal mereka berubah menjadi perkebunan utamanya sawit. Awalnya pada tanggal 30 April 2013 di Desa Blang Pante, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara seekor bayi gajah terlihat tersesat. Bayi gajah berumur sekitar dua tahun itu sendiri tanpa kelompok dan induknya yang diperkirakan mati. Penduduk lalu menyelamatkan bayi gajah itu yang kemudian diberi nama Raja. [caption id="attachment_278406" align="aligncenter" width="150" caption="Borong aksesoris (foto: Agheelz)"]

13751664631593985172

[/caption] Sekitar bulan Juni penduduk menemukan lagi seekor bayi gajah yang kali ini bahkan lebih kecil dari pada Raja dengan kulit yang masih merah. Bayi gajah itu tergeletak sendirian dan diperkirakan belum lama dilahirkan. Bayi gajah itu diberi nama Raju. Karena Raju masih sangat kecil, kandangnya dipisah dengan Raja. Namun karena kondisi yang kurang baik bagi Raja si bayi gajah jantan, pada 21 Juni 2013 Raja mati. Berita kematian Raja sontak membuat para aktivis penyelamat satwa mengupayakan untuk menyelamatkan Raju, bayi gajah yang masih hidup. Hal ini tidak mudah sebab penduduk tidak mau menyerahkan Raju begitu saja. Penduduk meminta penggantian uang ladang mereka yang rusak karena kawanan gajah. Setelah negosiasi akhirnya warga Desa Blang Pante bersedia melepaskan Raju untuk dirawat di PKG (Pusat Konservasi Gajah) di Saree dengan bantuan dana dari para relawan pecinta satwa. Namun karena memang kondisi fisiknya kurang baik akhirnya Raju mati pada tanggal 27 Juli 2013 meski pun segala usaha telah dilakukan para relawan. [caption id="attachment_269601" align="aligncenter" width="101" caption="Penjualan pakaian, sepatu dan aksesoris. (Foto: Agheelz)"]

1375158983987956782

[/caption] Sebagai pengingat Raja, Raju dan juga gajah-gajah sumatera lain yang menjadi korban, beberapa aktivis pemerhati satwa di Jakarta membentuk penggalangan dana pada Minggu 28 Juli 2013. Acara ini diprakarsai oleh Lili Turangan, Novita, dan Caesar dan aktivis lainnya. Bertempat di sebuah cafe Coffee Institute di Jalan Gunawarman, Jakarta, mereka menggelar acara bertema ”Garage Sale Tribute To Raju”. Acara dimulai pada jam 16.00 itu mengadakan jualan berbagai macam barang mulai dari buku, mainan, pakaian, sepatu, alat elektronik, pin sampai aksesoris. Keuntungan penjualan akan digunakan untuk membantu biaya perawatan gajah di PKG Saree di Aceh, kata Lili Turangan. Selain berjualan penyelenggara juga menyediakan tajil gratis. Acara jualan cukup ramai dikunjungi bahkan sampai baju kaos habis tidak bersisa. Selain penjualan barang-barang, penyelenggara juga mengadakan diskusi menghadirkan Nunu Husein dari komunitas Darah Untuk Aceh, Caesar Trivano dari pemerhati lingkungan serta Agil dari Planet Satwa. Diskusi dengan moderator Lili Turangan dan Nina Tamam, seorang penyanyi dari kelompok Warna. Nunu Husein yang datang dari Aceh menuturkan pengalamannya saat menjemput Raju. Pada saat itu kondisi benar-benar terbatas. Saat malam hari dengan kendaraan yang tidak ada bahan bakar dan juga tidak terbiasa mengemudi pada malam hari. Namun dengan semangat, Nunu berhasil mengumpulkan beberapa liter bensin dan nekat mengemudi ke tempat Raju yang ”ditahan” warga. Nunu juga mengisahkan bahwa uang yang mereka bawa pada saat itu bukan untuk menebus Raju tetapi sekadar memberikan pengganti biaya perawatan warga kepada Raju. Akhirnya warga setuju untuk melepaskan Raju yang kemudian dinaikan ke kendaraan. Sebelumnya mereka mengumpulkan jerami sebagai alas duduk dan tidur Raju di kendaraan. Perjalanan menuju PKG Saree tidak mulus dengan jalan yang berliku serta hujan yang membuat tanah becek. Setiap satu jam sekali iringan kendaraan berhenti karena Raju harus minum susu. Perjalanan ini tidak mudah dilupakan oleh Nunu yang sebentar kemudian mulai meneteskan air mata. [caption id="attachment_269604" align="aligncenter" width="320" caption="Para pembicara (foto: Agheelz)"]

1375159216163846276

[/caption] Caesar menuturkan bahwa konflik antara gajah dengan manusia diawali dari transmigrasi serta pembukaan hutan untuk lahan perkebunan utamanya sawit. Banyak tanaman kebun penduduk yang justru menjadi daya tarik bagi gajah seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Dari sinilah kemudian konflik berkembang dimana gajah yang datang ke perkebunan diusir tetapi kembali lagi. Pernah diupayakan untuk membuat pagar pembatas seperti yang dilakukan di Afrika tetapi hal ini tentunya terkait dengan bantuan dari pemerintah. Tidak mudah membuat masyarakat menyadari bahwa sesungguhnya manusialah yang menjadi tamu di area gajah tersebut, Caesar menambahkan. Menurut Agil yang akrab disapa Mamih Agil dari Planet Satwa, bayi mamalia dan unggas itu harus selalu ada induk yang merawatnya. Tidak seperti unggas, ikan, reptil atau serangga di mana bayi mereka langsung bisa mencari makan sendiri, bayi mamalia harus diasuh dan diberi makanan oleh induk sampai mereka bisa mencari makan sendiri. Tidak ada induk atau satwa dewasa lain yang mengasuh atau memberi makan hampir dipastikan bayi-bayi itu akan mati. Juga pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat utamanya sejak masih kecil tentang pentingnya menjaga lingkungan meski pun di Jakarta tidak ada hutan besar. [caption id="attachment_269609" align="aligncenter" width="150" caption="Nina Tamam dan Lili Turangan sebagai moderator (foto:Agheelz)"]

1375159540426826263

[/caption] Contoh mudah adalah membuang sampah pada tempatnya. Atau menanamkan semacam doktrin kepada anak-anak bahwa penebang hutan liar itu tidak baik karena hutan akan gundul, satwa kehilangan tempat tinggal dan terjadi banjir. Imbas dari hutan akan terasa juga di perkotaan. Acara penggalangan dana yang berlangsung lancar dan meriah itu dihadiri juga oleh beberapa komunitas yang umumnya komunitas pemerhati satwa, penyelamat satwa, change.org, media dan artis. Nina Tamam juga memborong beberapa aksesoris gelang. Acara berakhir pada jam 19.30 dengan dagangan yang hampir semuanya habis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline