(EMPOWERING YOUR SELF TO GET READY FOR TEST)
Materi Ujian terdiri dari :
a. Tes Pengetahuan Umum (TPU)
b. Tes Bakat Skolastik (TBS) dan
c. Tes Skala Kematangan (TSK)
Pertanyaan biasanya terdiri dari 200 soal. 100 pertanyaan pada sesi pertama dan 100 berikutnya di sesi (break) kedua. Tidak ada pengecualian menurut jurusan atau ilmu apa yang dituntut di perguruan tinggi.
Pada pengetahuan UMUM, termasuk sekitar 20 soal tentang keadaan provinsi dimana kita ikut tes, misalnya tentang sejarah, dan budaya setempat. Berikutnya: tentang undang-undang; misal, otonomi daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, lembaga-lembaga pemerintahan, komisi-komisi yang ada pada negara serta tugas dan fungsinya serta kekuatan yang ada dalam kekuasaan misal abolisi, hak angket, dsb.
UUD 45 dan amandemennya, mendapat porsi yang cukup signifkan sekitar 10 soal. Dan memang kita mengumpulkan sebanyak mungkin soal yang benar. Itu agar nilai kita bagus dan tidak bias ditindih oleh kemungkinan yang tidak kita duga. Misal KKN; suap/sogok, penyusupan.
Yang berat tentang bakat skolastik: disini perlu kejelian otak kanan yang menjawab. Karena bukan pelajaran biasa. Bukan pula pelajaran yang pernah kita dapatkan di sekolah formal. disinilah otak kanan kita bisa memprediksi, gunakan feeling, firasat, dan intuisi yang oke untuk menjawab. Tujuannya mengetes kecepatan pikiran kita dalam memutuskan sesuatu, kelak nanti berguna bila sudah menghadapi tugas-tugas negara.
Sebagian besar peserta kewalahan dalam soalan ini, karena tidak pernah berjumpa sebelumnya. Untuk itu belilah buku soal-soal latihan kemudian berlatih dan cari pemecahan jawaban setiap soal.
Bahasa Indonesia seperti antonim, sinonim, kalimat majemuk bertingkat, kalimat aktif/pasif, penggunaan kalimat yang efektif/benar tanpa pengulangan yang tidak berguna/mubazir kata. Dan lain-lain.
Tes skala kematangan: untuk menjawabnya jangan turutkan hati nurani atau idealisme (menurutkan hati kita beginilah seharusnya) tidak boleh begitu. Menjawabnya; ya... dengan kematangan pola pikir kita (mindset) bagaimana seharusnya kita bertindak dalam birokrasi/institusi pemerintahan, dengan mengingat dan menimbang dan berterima.
Kalau kita jadi orang : beginilah sikap kita pada pimpinan, bawahan, pada masyarakat dsb... INGAT : menjawabnya juga menurut aturan/undang-undang yang berlaku (sepantasnya begitulah, misal menyangkut: mempertimbangkan keloyalan pada atasan, menjaga nama baik intitusi). Hal ini kita harus tau.. tentunya bagi yang pernah honor sudah merasakan. Yang belum mesti banyak bertanya dan membaca. Disini sebelumnya banyak yang gagal karena menurutkan idealisme seharusnya.
Tes kematangan pada intinya menguji kematangan pola pikir kita memandang sesuatu. Dari tes ini seseorang akan ketahuan pola pikirnya. Bila sudah baik, tentu layak menjadi CPNS.
Jadi tes secara keseluruhan sebenarnya menguji apakah kedua belahan otak kita aktif. pengetahuan umum yang menjawab otak kiri (hafalan), sedangkan bakat skolastik, mengandalkan otak kanan untuk menjawab (fleksibel, berubah-ubah, tidak monoton, aneh dan dinamis) memerlukan firasat, feeling, intuisi, yang oke untuk menjawab. Sedangkan skala kematangan ESQ (Emosional Spritual Qousient) kita yang menjawab. Yakni bisa meletakan sesuatu sikap pada tempatnya.) Dan lagi-lagi ESQ adalah bagian otak kanan yang mengelolanya.
Penting lain adalah menghitamkan bulatan pada lembar jawaban computer. Harus hitam, pas, dan mesti cepat mengerjakannya. Usahakan kedua tangan bekerja membulatkan dengan shape ruler, sedangkan mata dan pikiran terus membaca soal berikutnya.
Agar menambah keyakinan, percayalah akan kemapuan diri sendiri. Lupakan masalah sogok menyogok, bersihkan hati, dan lupakan juga harus ada orang dalam untuk bisa lulus. Itu semua hanya gangguan agar kita tidak semangat tes. Istilah itu hanya perang urat syaraf sebelum bertanding. Semua itu hanya ilusi yang dapat menganggu kedamaian jiwa untuk berlaga secara fair.
Sadari bahwa banyak perantau yang sukses tes CPNS tanpa saudara dan koneksi. Contolah mereka yang lulus murni dengan percaya diri dan menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan. Kalau memang rejeki diiringi daya usaha belajar keras dan doa mudah-mudahan cita-cita mengabdi pada negara itu tercapai.
Itulah analisa saya, semoga berguna dan sukses. Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H