Lihat ke Halaman Asli

Mengintegrasikan Seni Pertunjukan Tradisional Cicalengka dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Diperbarui: 7 Juli 2024   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah tidak hanya bertujuan menyampaikan informasi faktual, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur budaya lokal. Salah satu caranya adalah dengan memahami seni pertunjukan tradisional di daerah tertentu. Cicalengka, sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memiliki tiga seni pertunjukan tradisional dengan keterkaitan erat: wayang golek, kuda renggong, dan gending Sunda. Ketiganya adalah manifestasi kearifan budaya lokal masyarakat Sunda yang diwariskan turun-temurun.

Wayang Golek: Media Komunikasi Moral dan Filosofi Sunda

Wayang golek, salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Sunda, bukan sekadar pertunjukan boneka kayu. Wayang golek menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai moral, filosofi hidup, dan kearifan lokal masyarakat Sunda. Cerita-cerita yang dibawakan, sering kali diambil dari epos Mahabharata dan Ramayana, mengandung ajaran tentang kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan pengendalian diri.

Nilai-nilai ini sangat relevan dengan pembelajaran IPS, yang membahas tentang interaksi manusia, masyarakat, dan lingkungan. Guru dapat memanfaatkan wayang golek sebagai media untuk menyampaikan konsep-konsep penting seperti etika kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, dan pengendalian emosi. Dengan mengkaji cerita-cerita wayang golek, siswa dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang nilai-nilai sosial dan budaya yang relevan dengan kehidupan bermasyarakat.

Kuda Renggong: Kesenian Bela Diri Berkuda

Kuda renggong adalah hasil kreativitas masyarakat Sunda di Cicalengka dalam mengembangkan seni bela diri berkuda. Kesenian ini memadukan kemahiran menunggang kuda dengan teknik-teknik bela diri, mencerminkan kecakapan, keberanian, dan ketangkasan masyarakat Sunda. Pertunjukan kuda renggong menampilkan kemahiran dalam menunggang kuda dan mencerminkan semangat keberanian, kekuatan, dan kepahlawanan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian kuda renggong, seperti keberanian, kekuatan, dan kepahlawanan, dapat diintegrasikan dalam pembelajaran IPS untuk memperkuat karakter peserta didik. 

Guru dapat memanfaatkan kuda renggong untuk membahas konsep-konsep penting dalam IPS seperti interaksi manusia dengan lingkungan, adaptasi budaya, dan pengembangan identitas lokal. Integrasi ini membantu siswa untuk memahami, menghargai, dan melestarikan warisan budaya daerahnya, serta mengembangkan sifat-sifat positif seperti keberanian dan ketangguhan.

Gending Sunda: Ekspresi Keindahan dan Kearifan Lokal

Gending Sunda, dengan alunan nada dan lantunan syairnya, mengekspresikan keindahan, ketenangan, serta kearifan lokal masyarakat Sunda. Gending Sunda merupakan bentuk kesenian tradisional yang sangat kental dengan nuansa Sunda. Alunan melodi yang harmonis dan lirik yang sarat makna merefleksikan nilai-nilai estetika, spiritualitas, dan filosofi masyarakat Sunda.

Pembelajaran IPS dapat memanfaatkan gending Sunda untuk memahami nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Guru dapat mengintegrasikan gending Sunda ke dalam pembelajaran IPS dengan membahas latar belakang sejarah, fungsi sosial, dan makna filosofisnya. Siswa dapat mempelajari bagaimana gending Sunda menjadi sarana untuk mengekspresikan identitas budaya Sunda, memelihara tradisi, dan menanamkan nilai-nilai luhur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline