Satu-satunya trotoar yang rutin diperhatikan pemerintah, nyaman, dan menarik bagi keramaian pejalan kaki barangkali hanyalah trotoar di kawasan jantung wisata Malioboro. Selain di Malioboro, berjalan kaki di Jogja adalah sebuah mimpi buruk.
Meskipun sama-sama kota yang terletak di kaki gunung, cuaca di Jogja tidak lebih sejuk dibandingkan dengan Bandung, Malang, atau Magelang. Cobalah berjalan kaki sebentar saja di siang hari. Dijamin keringat segera bercucuran di sekujur badan.
Apalagi sebagian besar trotoar di Jogja berada dalam kondisi mengenaskan. Sempit, rusak, tanpa guiding block, dan level ketinggiannya naik-turun. Pejalan kaki di Jogja juga harus menghadapi aneka macam rintangan di atas trotoar. Rintangan itu mulai dari tiang listrik, pot tanaman, PKL, parkir, hingga tempat mangkal ojek/becak.
Makin parah lagi karena beberapa ruas jalan utama di dalam kota masih ada yang tidak memiliki trotoar sejengkal pun. Alhasil pejalan kaki harus turun ke jalan jika melewati ruas jalan yang seperti ini. Sangat tidak manusiawi untuk dipakai berjalan kaki sehari-hari.
Hemat kata, Jogja adalah kota yang tidak nyaman untuk berjalan kaki. Walaupun ada sedikit perkecualian seperti di Jl. Malioboro dan Jl. Mangkubumi, standar umum trotoar yang bisa ditemui di kota wisata ini adalah sempit dan amburadul.
Sedihnya, trotoar di Jogja memang sulit dilebarkan lagi karena lebar jalanan di kota ini memang sudah sempit. Saking sempitnya lebar jalanan kota, di beberapa ruas jalan sudah diterapkan kebijakan jalan satu arah. Tentu tujuannya untuk melancarkan lalu lintas kendaraan di jalan raya.
Namun tetap saja kendaraan bermotor yang lebih diutamakan di ruas-ruas jalan satu arah ini. Trotoar dan jalur sepeda tidak serta-merta ikut dilebarkan meski sudah ada space yang tersedia.
Pemerintah justru lebih mengakomodasi parkiran tepi jalan di ruas-ruas jalan satu arah tersebut. Contoh mudahnya bisa dilihat di sepanjang ruas Jl. Urip Sumoharjo.
Dengan kondisi yang demikian ruwet, "parklet" bisa menjadi konsep menarik untuk coba dipraktekkan di Jogja.
Apa Itu Parklet?