Lihat ke Halaman Asli

Lagu Logika untuk Jiwa yang Gundah Gulana

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1312013962147355894

[caption id="attachment_125949" align="aligncenter" width="576" caption="ilustrasi oleh penulis"][/caption]

Ekor putihku melengkung, mataku biru dan bulu halusku telah kujilat untuk menyambut tuan yang akan pulang ke rumah. Manusia kecil mirip tuanku diseberang tembok mendadak mengeluarkan jeritan keras dan mengeluarkan air mata. Aku pun datang menghampiri. Mengeluarkan suara keras untuk menyuruhnya diam. Hingga manusia berambut panjang menggendong dan berakhirlah jaritan manusia kecil. Aku pun kembali ke pintu depan menunggu sang tuan.

Sudah sangat lama, sejak aku kecil berada di rumah ini. Aku tumbuh dan hidup bersama dengan tuanku. Dahulu ibu mati saat aku dilahirkan. Sejak saat itu aku dirawat oleh majikanku. Disaat tuanku masih muda dahulu, aku diberi makan sehari tiga kali, dengan makanan terenak dalam hidup dan sering bermain dengan bola kecil berwana oranye. Hidupku kebanyakan hanya makan, tidur dan bermain. Karena itu yang disukai oleh tuan.

Hingga manusia berambut panjang itu hadir di rumah. Aku sudah merasa saat itu, tuanku mulai berkurang waktu untuk bermain denganku. Akupun tak apa, karena tuanku masih memberi makanan sama seperti dulu. Sehari tiga kali. Hingga aku terpesona oleh betina binal kecil disamping rumah. Aku selalu kesana saat tuan dan manusia berambut panjang bersama. Aku telah menggoda dengan suara terbaik. Aku juga telah menjilati berulang-ulang bulu-buluku sebelum bertemu dengannya. Tapi sayang, betina binal di rumah samping lebih senang jika jantan peranakan datang. Karena Bulunya yang bagus dan panjang. Maka aku lari terbirit-birit ketika jantan peranakan itu membesarkan bulunya, Karena aku takut besar badannya berubah menjadi dua kali lipatnya. Tapi tak apalah saat betina binal tengah berduaan dengan jantan peranakan. Rumah ini kedatangan manusia kecil mirip seperti tuanku. Kini aku ada teman, aku senang sekali bermain dengan manusia kecil ini. Yang tak aku suka, kadang kala aku ditekan tubuhku hingga aku tak bisa bernafas. Aku pun bermain-main dengan manusia kecil saat manusia berambut panjang itu pergi. Karena jika manusia berambut panjang itu datang, manusia kecil itu tak mau main denganku. Manusia kecil itu sering tertawa terbahak dan mengeluarkan air liur jika aku bergerak berputar-putar mengejar ekorku sendiri.

Suara berderu itu terdengar. Artinya tuanku telah datang. Aku pun senang bukan kepalang, kukeluarkan suara keras mengiba dan mengejar kaki tuan sambil mengusap-usap badanku. Lalu aku dibawa dengan tangannya. Mengitari ruangan dan membawa tubuhku didepan piring tempat aku makan. Dan swap... didepanku telah tersedia makanan untukku. Aku pun makan dengan rakusnya.

Ini makanan terenak dihari terakhir sebelum aku tidur. Disaat aku tersedak karena makanan, terdengar lagi tangisan manusia kecil. Sesaat setelah jeritan itu terdegar, suara keras dari tuanku dan manusia berambut panjang itu juga masuk keruang dimana aku sedang makan. Sambil membawa manusia kecil, manusia berambut panjang itu berbicara dengan keras kepada tuanku. Saling tunjuk dan mereka berbicara semakin keras. Aku ketakutan. Manusia berambut panjang itu melempar kertas yang digenggamnya.

Kemudian tuanku hendak mencakar manusia berambu panjang. Lalu manusia berambut panjang itu menendang piring makanan didepanku. Tumpahlah separuh makanan yang belum aku makan. Aku lari ketakutan dan bersembunyi dibalik kayu kotak besar. Dibalik sana ia masih menunjuk-nunjuk tubuhku. Aku semaikin ketakutan. Lalu aku lari keluar rumah. Perutku masih lapar. Dan aku putuskan untuk keluar rumah hendak mencari-cari makan.

Penciumanku kuhentikan saat aku menemukan kembali jantan peranakan dan betina binal di belakang rumah. Akupun kembali berbalik arah. Dijalan yang sama aku melihat musuh alamiku mengejek dari balik celah diatas rumah. Aku pun tak hendak mengejarnya dan membiarkan mereka hilang. Lalu aku duduk diatas kotak kecil didepan rumah yang menghadap jalanan. Menunggu manusia lain yang membuang sampah berisi makanan di kotak sampah mereka.

Selepas tengah malam aku kembali kedalam. Aku melihat tuanku, manusia kecil dan manusia berambut panjang tidur bersama diruang manusia kecil. Langkah kecilku menuju kembali ke piring makan yang ditendang manusia berambut panjang tadi, untuk memakan makanan yang tercecer dilantai. Makanan telah habis, Aku pun lari naik keatas rumah. Disana aku melihat lingkaran putih di langit yang gelap. Aku duduk dan menghadap lingkaran itu.

" Apakah aku besok masih diberi makanan oleh tuanku?". " Apakah besok aku boleh bermain dengan manusia kecil?".

Lalu aku menjerit sendiri diatas rumah. Berseru tentang lagu logika untuk jiwa yang gundah gulana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline