Makanan rumahan atau homemade kini makin disukai. Selain karena mudah ditemukan juga keadaan yang memungkinkan kita memilih. Selain itu juga perlu berterima kasih karena adanya ojek online yang sangat memudahkan untuk pembelian makanan kapanpun dimanapun. Tidak membatasi kita untuk bisa pesan menu yang diingini hanya dengan sekali sentuh. Bersyukur ya begitu bahagianya tinggal di Jogja.
Salah satu makanan yang menjadi favorit saya adalah lasagna dan macaroni schotel. Lasagna atau lasagne baca lasanya adalah pasta yang dipanggang di dalam oven dan merupakan makanan tradisional Italia. Lasagna sendiri secara lebih mudahnya dapat diartikan sebagai lasagne yang artinya berisikan daging. Eits buat kamu vegetarian dan penganut diet dan cita-cita kurus nampaknya belum bisa cemal cemil makanan lezat ini. Karena kurang lebih dalam setiap 100 gram lasagna terkandung 134 kalori dan 4,9 gram lemak.
Sehat banget nih buat kamu-kamu yang punya kegiatan super padat karena dengan mengonsumsi makanan ini energi dan proteinmu bisa sangat terpenuhi. Lasagna yang ada di Indonesia kini semakin mengikuti perkembangan jaman karena dapat diisi dengan banyak isian sesuai selera. Mau diisi daging, sayur-sayuran, ayam, makanan laut dan sebagainya sesuai selera semuanya bisa.
Bahan dari lasagna sendiri terdiri dari kulit lasagna yang dibuat dari adonan tepung terigu untuk kemudian diberi isian, lalu dipanggang sampai matang. Ukuran standarnya untuk lasagna Lasagna ini cocok untuk disajikan saat kumpul bersama keluarga. Kemudian ada pula makanan yang cukup tenar setenar seblak bandung namun lebih sehat adalah macaroni schotel.
Macaroni schotel sesuai dengan namanya telah ada di Indonesia sejak Belanda hadir di negara ini. Schotel merupakan bahasa Belanda yang artinya hidangan. Dari penamaannya dapat disimpulkan bahwa makaroni schotel merupakan sebuah kesatuan jenis hidangan.
Sudah banyak bersliweran jajanan hits nan bergizi ini dimana-mana. Sayapun tak mau ketinggalan untuk memilih yang terbaik diantara yang terbaik (cie kayak milih jodoh aja mbak) Yeay pilihan pun jatuh ke "Eyang Cokot" yang dibuat sendiri oleh Naomi. Saya pikir nama Eyang Cokot yang dipilih oleh seorang Naomi bukan tanpa sebab. Resep yang diturunkan dari eyang (baca nenek) nampaknya begitu membekas hingga ia memilih nama ini bukan sekedar untuk membuatnya menjadi tenar.
Saya pun segera mengiris lasagna, yang dalam sekejap telah pindah ke piring yang kemudian hap! lembutnya lasagna dan isian daging di dalamnya begitu lumer dan tasty. Angan saya jauh melambung ke Italia membayangkan music klasik Italia mengalun lembut selembut lasagna yang saya cecap. Keju dan daging menyatu jadi satu dan pas di mulut serta mengenyangkan perut.
Belum sempat menyelesaikan lasagna, saya beralih ke macaroni schotel yang rasanya ternyata lebih mengenyangkan lagi dibanding lasagna. Bahan yang digunakan hampir sama bedanya hanya pada macaroni schotel menggunakan daging yang lebih sedikit dibanding lasagna dan lebih terasa bumbu lada, keju dan susu di dalamnya.
Macaroni Schotel memiliki sejarah ketika Belanda menduduki Indonesia. Kala itu orang-orang Belanda yang bertugas di Indonesia belum cocok dengan masakan lokal Indonesia. Maka menu makaroni schotel yang dimasak hanya dengan satu kali proses yakni cara dipanggang bersama bahan lain membuat makanan ini digemari.
Prosesnya mudah, cepat, mengenyangkan dan tentunya ramah dengan perut mereka. Bahan untuk membuat makaroni schotel juga begitu mudah didapat di Indonesia saat itu, meskipun pada waktu itu makaroni belum populer.
Kini lasagna dan macaroni schotel telah menjadi jajanan hits yang digemari terutama oleh kawula muda. Jajanan ini selain mengenyangkan tentu juga menyehatkan karena dibuat selain dengan penuh rasa cinta namun juga tanpa MSG. Ciri khas western foodmemang semua makanannya tanpa MSG. Bumbu yang utama adalah kaldu, lada, dan garam.