Lampu-lampu itu nampak hadir cantik di keremangan malam. Cukuplah menerangi asal tak sampai padam. Begitupun perjalanan 10 tahun terasa begitu cepat namun sangat berarti. Mungkin ada badai, mungkin ada banyak penghalang dan masalah namun cinta dan tekad adalah hal yang menguatkan. Pendar lampu itu mengingatkan sebuah negara yang karya seninya begitu kaya. Italia sebuah negara yang masuk menjadi UNESCO World Heritage Sites, karena terdapat lebih dari separuh kekayaan seni dunia ada di negara ini.
Banyak gereja katedral, situs arkeologis, rumah, dan karya seni yang indah di Italia. Orang Italia percaya bahwa makan bukanlah hanya sekedar makan. Makan adalah cara orang Itali mempererat hubungan. Makanan bukan hanya menjadi kebutuhan tetapi kehidupan. Berkumpul bersama keluarga memasak bersama merupakan hal yang disukai oleh orang Italia.
Pasta dan roti adalah makanan sejuta umat di Italia. Namun ada yang tak kalah menarik dari sekedar pasta dan roti yaitu pizza. Pizza Italia ini sangat khas dan unik baik penyajian maupun proses pengolahannya. Pizza Italia umumnya lebih tipis dan lebih renyah dibanding American Pizza. Masakan Italia banyak mendapat pengaruh dari Mediterania, yang kaya akan pasta, ikan, dan sayuran, serta minyak zaitun. Lebih menarik lagi hampir semua resep makanan Italia adalah makanan rumahan yang diwariskan secara turun temurun. Hingga kemudian makanan tersebut mendunia dan menjadi komoditas pangan yang disukai mulai dari Amerika hingga Asia.
Membahas mengenai pizza, awalnya saya tidak peduli apa itu pizza Italia otentik dan American Pizza. Bagi saya keduanya sama-sama pizza dan enak. Tapi saya akhirnya tersadar bahwa pizza Italia lebih tipis dan renyah sementara American pizza itu lebih tebal. Pizza Italia sejak ratusan tahun lalu memiliki teknik yang membuat rasanya berbeda. Di negara aslinya pizza Italia dimasak menggunakan oven yang masih menggunakan kayu bakar. Teknik ini ternyata sangat mempengaruhi rasa makanan. Jenis kayu bakar yang dipilih juga mempengaruhi rasa. Maka kayu yang dipilih berasal dari kayu buah serta kayu yang sudah benar-benar kering agar pizza Italia disajikan sempurna.
Keriuhan kota seakan lebur ketika saya sampai di sebuah tempat yang memiliki taman yang indah dihiasi lampu-lampu temaram. Suasana romantis seketika itu juga menyeruak. Sudut-sudut yang instragamable tidak saya lewatkan begitu saja. Saya duduk sambil menghirup nafas dalam-dalam. Mengusap air di ujung mata dan terpikir "andai ada kamu disini". Tempat cantik ini membangkitkan kerinduan akan romantisme masa pacaran di awal-awal.Ya saya berada di Nanamia Pizzeria Tirtodipuran. Telah berdiri selama 10 tahun, Nanamia Pizzeria semakin baik dalam hal pelayanan maupun peningkatan rasa makanan.
Memiliki 2 gerai besar di Yogyakarta. Di utara Yogyakarta tepatnya berada di Jalan Mozes Gatot Kaca dan di Jalan Tirtodipuran di selatan Kota Yogyakarta. Semakin malam tempat ini semakin banyak mendapat kunjung dari pelanggan yang datang mulai dari anak muda sekitar Yogyakarta maupun pelancong dari manca negara. Tempat ini lebih mirip seperi rumah yang membuat diri untuk bermalas-malasan sambil menikmati suasana yang meneduhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H