Lihat ke Halaman Asli

Nyoman Agastyani Sri Hartami

Seorang lulusan S1 Ilmu Komunikasi

Workshop Sastra Bali Klasik Guna Melestarikan Kebudayaan Bali

Diperbarui: 6 Juli 2021   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masih dalam masa pandemi masyarakat kini antusias untuk ikut serta dalam berbagai macam webinar dan workshop dengan tujuan menambah pengalaman, serta ilmu dimana dengan saat ini yang dipermudah melalui media teknologi digital ini.

Kegiatan workshop yang diselenggarakan oleh Yasayan Puri Kauhan Ubud yang telah dibuka pada tanggal 6 Juni 2021 ini contohnya. Workshop yang terselenggara tiga hari berturut-turut. Dengan mengangkat tema Mari Jadikan sastra sebagai Pemarisuddha Gering Agung Covid-19 ini berjalan dengan lancar pada hari pertama yang membasas terkait sastra modern.

Pada hari kedua workshop tersebut membahas terkait sastra Bali klasik. Nyatanya dalam pembahasan sastra klasik ini dibagi menjadi dua hari, dimana pada hari kedua ini lebih membahas sastra klasik berupa geguritan, kidung, serta kekawin.

Sebelum dilaksanakannya sering sesion terkait sastra Bali klasik berupa geguritan, kidung, serta kekawin diberikan beberapa kata pengantar yang disampaikan oleh Budi Karya Sumadi selaku menteri perhubungan. Ia memberikan beberapa kata pengantar berupa episudah yang ia alami selama mengalami covid dan sembuh dari covid.

"itu merupakan episudah yang saya alami saat mengalami covid. Saya merupakan pasien ke 70 dimana pada saat itu masih belum ditemukan obat. Dan tuhan memberikan muzizat kepada saya untuk tetap hidup dan sehat kembali dalam memberikan karya-kayra kepada bangsa" unjarnya.

"dengan dilaksanakan kegiatan semacam ini tentunya akan memberi semangat kepada masyrakat" tambahnya terkait dilaksanakan kegiatan workshop ini.

Setelah dilaksanakankan pemberian kata pengantar dimulailah sering sesion oleh dua narasumber ternama dalam bidang sastra Bali klasik berupa geguritan, kidung, serta kekawin. Narasumber pertama pun diberikan oleh Dr. Andus I Dewe Gede Windhu Sancaya S.Hum yang memberikan materi terkait strategi dan kiat-kiat dalam menulis/mengawi sastra klasik geguritan.

"kita banyak mengenal mengenai warisan kebudayaan. Seperti halnya kekawin ramayana, yang hingga saat ini akan terus diwarisi, meski sudah berabad-abad adanya. Inilah sebetulnya yang dimaksud dengan warisan kebudayaan yang lebih bertahan ketimbang istana atau arca" ungkapnya dalam pembahasan awal terkait warisan kebudayaan itu sendiri.

"inilah mengapa perlunya melakukan aktivitas menulis, agar nantinya kita dapat mewariskan sesuatu untuk generasi mendatang" lanjutnya.

Banyak hal yang telah dipaparkan terkait langkah hingga kiat-kiat dalam penulisan geguritan itu sendiri. Setelah pembahasan terkait geguritan dilanjutkan dengan narasumber kedua yaitu Dr. Andur I Wayan Suteje S.Hum yang memberikan sering mengenai sastra bali klasih yaitu Pupuh Kidung.

"banyak persepsi orang terkait kidung itu sendiri masih terbatas kepada kidung sebagai lagu kerohanian saja. Itulah, yang sering kali membuat pengarang kidung mandet" ungkap wayan suteje.

Setelah mengungkapkan terkait hal tersebut ia langsung bemberikan pemaparan terkait asal usul hingga trik dalam pembuatan kidung itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline