Lihat ke Halaman Asli

Salah Kaprah tentang Vaksin

Diperbarui: 13 Februari 2021   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari Euractiv.com

Suatu hari, ada sebuah obrolan dengan sesama dokter dari mancanegara (Turki, Jerman, Indonesia) di grup Whatsapp :

"Bagaimana, apakah kalian sudah divaksin?"

"Sudah, dong."

"Di negara kalian apakah banyak yang menolak vaksin? Di sini ada seorang tenaga kesehatan yang menolak divaksin karena percaya ada "chip" di dalamnya. Miris sekali, padahal dia tenaga kesehatan."

"Wah, pantas saja aku merasa internetku bekerja lebih cepat setelah aku divaksin!"

"Hahahaha!"

 

***

Miskonsepsi mengenai vaksin atau imunisasi terjadi secara global, baik di negara dengan kelompok ekonomi berpenghasilan rendah, menengah, atau tinggi. Munculnya keraguan untuk menerima vaksin menjadi suatu ancaman terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Masih banyak misinformasi mengenai vaksin. Banyak orang menganggap vaksin berbahaya seperti: vaksin mumps, measles, and rubella (MMR) yang dapat menyebabkan autisme, hingga vaksin mengandung DNA manusia dan binatang. Konspirasi bahwa vaksin mengandung chip, seperti yang dibicarakan pada percakapan di atas, juga beredar di tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat gentar menerima vaksin.

Mekanisme vaksin dalam bekerja adalah dengan membentuk kekebalan tubuh pada individu. Kekebalan ini muncul lewat mengenalkan bentuk patogen (atau "kuman") penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau mati, atau racun maupun protein dari patogen tersebut. Ketika seorang individu telah mendapatkan kekebalan tubuh lewat vaksin, maka tubuh sudah memiliki "tameng" untuk menghadapi penyakit yang sebenarnya jika penyakit itu muncul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline