Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Menjadi Dokter di Denmark

Diperbarui: 21 September 2017   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gambar: Saya di depan pintu masuk Aarhus Universitetshospital, Denmark)

Satu tahun yang lalu, ketika beberapa bagian di belahan bumi sedang mengalami musim panas, saya mengikuti program pertukaran pelajar yang diadakan oleh International Federation of Medical Students Associations (IFMSA) khusus bagi mahasiswa kedokteran selama satu bulan.

Saat itu, saya mendapat kesempatan untuk belajar di kota Aarhus, Denmark. Saya ditempatkan di rumah sakit terbesar di kota Aarhus, yang juga merupakan rumah sakit terbaik di Denmark dari tahun ke tahun, Aarhus Universitetshospital. Di rumah sakit tersebut, saya masuk ke departemen pediatri (ilmu kesehatan anak), karena saya sangat tertarik untuk kelak menjadi dokter spesialis anak.

Kegiatan saya sebagai mahasiswa pertukaran pelajar kurang lebih sama seperti kegiatan sebagai dokter muda di Indonesia. Namun, terdapat perbedaan di mana saya tidak dapat menangani pasien secara langsung, melainkan hanya berinteraksi saja dengan pasien (atau yang dalam kegiatan kedokteran biasa disebut dengan anamnesis), serta melakukan pemeriksaan fisik dengan supervisi.

Selama mengikuti program pertukaran pelajar ini, saya merasakan beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara pendidikan kedokteran maupun kehidupan sehari-hari sebagai dokter antara Indonesia dengan Denmark.

1. Jam kerja yang tidak terlalu panjang per harinya (serta hari libur setelah jaga malam!)

Di Denmark, seorang dokter mulai bekerja mulai dari jam 8 pagi dan selesai paling lambat pukul 4 sore setiap hari. Saat saya mengikuti kegiatan dokter di sana, mereka memulai setiap hari dengan morning report, atau diskusi kasus pasien yang mereka dapatkan di hari sebelumnya.

Para profesor, dokter konsultan (dokter spesialis yang dispesialisasikan lagi dalam satu bidang misal nefrologi, neurologi, infeksi, dll.), dokter spesialis, residen (dokter yang sedang dalam pendidikan untuk menjadi dokter spesialis), dokter umum, serta kami sebagai mahasiswa berkumpul di satu ruangan konferensi yang memiliki fasilitas lengkap mulai dari sound system, layar besar, proyektor, dan komputer. Dokter jaga serta dokter penanggung jawab pasien akan mempresentasikan pasien masing-masing, serta mendiskusikan bersama jika ada pasien yang perlu perhatian khusus atau yang belum ditemukan diagnosisnya.

Setelah kegiatan morning report tersebut, para dokter akan melanjutkan kegiatan masing-masing, mulai dari mengunjungi pasien hingga mengisi medical record. Pada pukul 12 siang, mereka akan istirahat selama satu jam untuk makan siang. Setelah itu, kegiatan pelayanan akan kembali dilanjutkan hingga pukul 4 sore.

Sebenarnya, dalam hal kegiatan sehari-hari, dokter di Denmark tidak cukup berbeda dengan di Indonesia. Namun yang membedakan adalah di Indonesia dokter boleh praktik di maksimal tiga tempat.

Hal ini mengakibatkan terkadang dokter bekerja cukup keras dan panjang karena harus melakukan tugasnya di tiga tempat yang berbeda. Di Denmark, seorang dokter hanya boleh praktik di satu tempat. Oleh karena itu, mereka tidak terlalu lelah bekerja dan dapat menikmati sisa hari dengan keluarga atau melakukan hobi.

2. Fasilitas (sarana dan prasarana, serta teknologi) yang canggih dan memadai

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline