Lihat ke Halaman Asli

Banjir dan Lokasi Terdampak, Apa Kaitannya dengan Nama Wilayah

Diperbarui: 11 Desember 2024   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banjir & Lokasi Terdampak
Apa kaitannya dengan nama wilayah berawalan atau kata "Balong, Kedung, Ngrowo, Tempuran" di Mojokerto Raya

Apa artinya nama sebuah wilayah. Kenapa banjir cenderung mengalami tren dari waktu ke waktu (langganan) terjadi di lokasi terdampak yang berada pada suatu wilayah.

Banjir - Air yang datang dan menggenang itu tak sekedar dimaknai sebagai bencana oleh masyarakatnya, melainkan ada bagian sisi yang lain. Pastinya ada faktor di luar itu, seperti curah hujan, sumbatan sampah, pendangkalan, kerusakan tanggul alami, bangunan liar, hingga penurunan kualitas ekosistem Sungai. Bagian sisi yang lain berkaitan dengan sifat geografis dan sosial budaya masyarakatnya dalam bermukim serta aktivitas yang lain.

Bagaimana masyarakat di suatu wilayah dari generasi ke generasi dengan segenap cara hidupnya, menghuni, menata kawasannya hingga membangun sistem sosialnya. Diantaranya adalah penamaan  wilayah

Sebagian anggota masyarakat masih cukup utuh menyimpan memori berupa warisan tutur dari apa yang melatari asal mula sebuah nama dimana mereka tinggal.
Di Jawa pada eranya, latar penamaannya suatu wilayah didasari oleh sesuatu yang mencirikan, menjadi sifat atau karakteristik dari kondisi wilayah tersebut.

Nama itu mengandung pesan, sejarah, hingga representasi dari kekayaan sistem pengetahuan. Seperti halnya nama wilayah yang secara administrasi tingkat Kelurahan/Desa di Mojokerto Raya berikut: Balongkrai, Balongcangkring, Kedungsari, Balongmasin, Balongmojo, Tempuran, Ngrowo.

Dalam bahasa Jawa, Balong berarti sawah atau tanah yang selalu tergenang air.
Kedung; cekungan atau kubangan yang berisi genangan air
Tempuran; pertemuan dua sungai atau lebih yang membentuk satu sungai utama.
Ngrowo; sumber air.

Kiranya, dengan hal itu dapat diambil kesimpulan yang mengarah pada kondisi wilayah, pada sebagian atau seluruhnya berkenaan dengan keberadaan aliran maupun genangan air, baik itu sepanjang tahun maupun periode tertentu.

Kondisi tersebut yang kemudian diabadikan dalam sosial budaya masyarakat setempat menjadi sebuah penamaan wilayah.

Itulah yang kemudian dalam pengetahuan modern disebut dengan toponomi.
Toponomi tak hanya menyoal sebuah nama yang tertera pada data administrasi wilayah. Lebih dari itu, merupakan cara pandang memahami serta mengungkap kondisi suatu wilayah melalui nama dalam  sebuah bahasa.

Pada ranah kebudayaan, itu adalah bagian dari sistem pengetahuan
yang dapat menjadi unsur penguat kajian untuk menentukan kebijakan serta langkah penanganan atau mitigasi bencana banjir hari ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline