Lihat ke Halaman Asli

Anand Krishna: "Polusi" atau "Solusi"?

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ANAND KRISHNA : “POLUSIatau SOLUSI”?

Sosok pria kelahiran solo ini memang fenomenal belakangan ini. Banyak kontroversi yang menimpa Anand Krishna (A.K) terkait “apa-apa yangdilakukannya” selama ini. Saya hanya mengenal A.K lewat berbagai karya tulisannya, yang menurut saya, sungguh unik, original dan sangat kaya. Kreativitas danproduktivitasnya tak tertandingi. Saya pikir, A.K dapat menjadi sosok maestro dalam dunia penulis Indonesia. Sebagai seorang pembaca yang rasional, dengan segera, saya langsung menjadikan semua karya A.K sebagai koleksi wajib dan utama. Mungkin saya sudah memiliki buku karya A.K sekitar 30-an buku. Dan saya tetap mengkoleksi buku A.K sejak 1997 sampai sekarang. Dan buku terakhir yang sedang saya beli dan baca adalah “The Gospel Of Mahamaya”. Buku ini sangat saya rekomendasikan bagi pembaca sejati. Cuma Kuping bisa panas. Kenapa ?. Baca sendiri.

Benar, banyak kasus yang terjadi menimpa A.K sejak 2010-2013. Tapi saya tidak peduli dan ambil pusing. Karena seorang “pembaca sejati” tidak membedah penulis tapi menggali tulisannya dengan rasio-akal-intellek yang kritis a la filsafat. Makanan yang enak tidak serta merta jadi basi jika chef-nya tersangkut kasus kejahatan. Dari ribuan halaman yang saya baca, tak satupun di dalamnya yang bertendensi SARA dan mendorong saya menjadi kafir nan sesat kecuali apresiasi terhadap keberagaman nusantara dan dunia untuk hidup berdampingan dengan damai dang saling mengasihi. Tidak percaya ? silahkan baca-buktikan sendiri.

Para pembaca sejati, mari sejenak “membedah” A.K lewat karya-karnyanya. Apakah dia memang seorang Jahil atau Jalal, Polusi atau Solusi di bumi nusantara ini. Menurut saya, dari puluhan buku yang saya baca, ada 3 (tiga) buku yang menjadi pilar utama dan meresapi seluruh karya A.K yaitu, (1) Seni Memberdaya Diri 1 : Meditasi dan Neo Zen Rei Ki, (2) Seni Memberdaya Diri 2: Meditasi Untuk Peningkatan Kesadaran, (3) Seni Memberdaya Diri 3 : Atisha. Melampai Meditasi Hidup Meditatif.

Ok, nyawa diskursus kita hidupkan. Buku pertama A.K membahas tentang kenyamanan fisik sebagai persiapkan awal untuk mengakses Tuhan yang disebutnya sebagai “Keberadaan atau “Yang Maha Ada”. Jelas, fisik memang harus sehat jika ingin lebih khusyuk-khidmat beribadah. Otomatis. Berbagai teknik di dalamnya menjurus ke pembersihan fisik dari semua energi yang terpendam diri. Entah itu dendam berkarat, benci mengakar dsb. Jika energi tersebut tetap bercokol di dalam diri maka kita akan selalu gelisah bahkan stress dan menjadi sumber penyakit. Sang Nabi menganjurkan hal yang sama, “Pastikan dulu ontamu terikat dengan benar sebelum engkau beribadah”. Singkat kata, Bereskan dulu badan dan pikiranmu baru beribadah. Karena badan dan pikiran saling berhubungan. Contohnya,bila dimaki orang kita bisa langsung sakit perut-kepala-dll . Ok, fine with that. Badan-pikiran ringan pekerjaanpun menjadi menyenangkan.

Buku kedua lebih teknis tetapi sangat menarik. Bertujuan meningkatkan kesadaran melalui berbagai teknik latihan dari berbagai tradisi dan agama. Sang Mesias bersabda, “Metanoia, Diakonia, Marturia”. Metanoia dulu, perjalanan ke dalam diri dulu baru pelayanan. Sang Nabi lebih jelas lagi, “Siapa yang mengenal dirinya mengenal Tuhannya” atau “Tuhan itu lebih dekat daripada urat nadimu sendiri”. Pada bagian ini, latihan ditujukan agar lebih reseptif terhadap kondisi “kosong, gelap-gulita, big-bang, meditasi atau samadi”. Keadaan dimana akan terjadi “Manunggaling Kawulo Gusti” yang menimbulkan kesadaran kasih yang dashyat karena melihat dirinya dalam segala ciptaan. Sabda Yesus, “Kamu memujaKu tetapi tidak melihat Aku dalam diri orang hina atau orang lain.”

Kesadaran kasih tersebut akan mengubah energi seks yang kreatif menjadi persembahan bukan melulu niat kawin. Hal ini menjadi alasan mengapa para maestro jarang menikah atau punya anak, karena energi seksnya tersalur lewat karyanya, bukan tumpah di kasur tidur. So more love become less sex. Demikian juga hidup celibacy-selibat atau tidak menikah para pecinta Tuhan. Energi seksnya telah menguap ke atas. Seperti nyanyian Rabiah, “Tidak ada tempat lagi di hatiku bagi yang lain karena sudah dipenuhi cinta terhadap Ilahi”.

Masalahnya, jika kondisi hidup selibat tidak dipahami dengan benar atau meniru begitu saja maka hasilnya adalah penderitaan. Sehingga banyak penyimpangan seks yang terjadi pada komunitas-komunitas religius. Mereka tidak jahat hanya saja tidak tahu cara menyalurkannya. How Interesting ?!, kita semua yang mengaku orang tua, pendidik dan pemimpin wajib mencobanya.

Dan akhirnya buku yang terakhir. Pengalaman meditasi bukanlah titik akhir. Pengalaman persatuan dengan segala mahluk tersebut itu harus diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Harus dibagikan. “Jangan kira dirimu sudah hebat kalau sudah mengalami pencerahan”, demikian sabda Atisha bagi muridnya. Implementasi kasih yang murni. Mencintai segala yang berbeda, baik sesama, hewan, tumbuhan, batu, air atau apapun itu sebagai diri sendiri dengan penuh kesadaran. Dan bangganya, Athisa rupanya anak negeri sendiri. Saya sangat setuju, “Walaupun aku memiliki dan mencapai segalanya (sejahtera, bahagia, bijaksana, suci), Bahkan Melakukan Bom Bunuh Diri Atas Nama Tuhan-Allah, jika tanpa Kasih, apapun yang kita lakukan tidak akan berguna, sia-sia. “..Kasih itu lemah lembut, sabar, percaya segala sesuatu, tidak memegahkan diri (Rasul Paulus,).….Buluh yang terkulai-pun tidak dipatahkanNya (Yesus)…” (Injil, Alkitab).

OKI, dengan sangat jelas terlihat bahwa karya AK tidaklah JAHIL dan POLUTIFbagi siapapun seperti yang dipropaganda kelompok tertentu. Malah solusi yang kita butuhkan dalam menghadapi menyengatnya nuansa pengkotak-kotakan suku-budaya-agama yang fanatik di bumi nusantara. Semangat yang bisa menghancurkan diri sendiri.

Sekarang terserah anda untuk menilai sendiri menyangkut kasus asusila dan penodaan agama yang ditujukan pada A.K. Fakta hukumnya adalah bahwa tuduhan asusila (2010) terhadap A.K memang tidak terbukti sehingga A.K diputus Bebas Murni. Tetapi kemudian Kejari Jaksel minta kasasi dan dikabulkan oleh MA. Padahal keputusan hukum tersebut bertentangan dengan hukum tersebut sendiri karena Putusan Bebas Murni Tidak Dapat Dikasasi. Keputusan tersebut sepertinya sangat janggal dan mengundang tanya. Karena banyak kebohongan publik di dalamnya, dan kesalahan administrasi yang dibiarkanbegitu saja sehingga terkesan melecehkan hukum dan lembaga hukum di Indonesia. Apalagi tindakan kekerasan yang dilakukan para aparat hukum saat mengambil paksa A.K sepertinya tidak berbudaya. Bahkan itupun dengan dalil yang tidak jelas. Bagaimanapun hukum harus tegak dan adil. (Lihat faktanya di : www.freeanandkrishna). Mudah-mudahan peristiwa ini bukanlah konspirasi a laPontius Pilatus yang saling menguntungkan diantara berbagai pihak-pihak (ormas dan oknum aparat negara). Pontius Pilatus tahu Yesus tidak bersalah tetapi membiarkan Yesus tetap dihukum dengan pertimbangan untuk meredam gejolak sosial yang dapat memberikan citra buruk dirinya kepada penguasa Roma. Para Ahli Taurat pun diam karena Yesus, saingan beratnya, dapat dihukum. Mereka membunuh Yesus hanya karena iri akan Yesus yang populis dan popular, serta perbuatannya menolong orang sakit pada hari sabat yang dianggap melanggar hukum taurat, atau protes Yesus atas sunat karena Ahli taurat merendahkan orang yang tak bersunat. Padahal yang perlu disunat adalah kebencian dalam hati…dsb. Semoga pikiran kita jernih dan hati kita penuh kasih sehingga dapat bertindak dengan tepat dan benar. Kebenaran Pasti Jaya !




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline