Lihat ke Halaman Asli

AF Yanda

TERVERIFIKASI

Jangan Sesumbar Kalau Peluit Panjang Akhir Belum Dibunyikan

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemenangan dramatis Liverpool atas AC-Milan dalam partai final Liga Champion Eropa pada tahun 2005 di Stadion Ataturk, Istanbul Turki masih terngiang dalam benak banyak orang hingga saat ini, khususnya bagi mereka yang menyaksikan pertandingan pada saat itu baik melalui siaran Televisi ataupun yang menyaksikan langsung di Stadion. Kemenangan itu sangatlah fenomenal. Bagaimana tidak, Liverpool yang tertinggal 3-0 mampu menyamakan kedudukan hingga akhirnya menang dalam drama adu penalty. Banyak drama yang terjadi selama pertandingan berlangsung, khususnya ketika babak pertama usai. Hampir semua orang yang menyaksikan pertandingan final pada saat itu (termasuk saya) sangat yakin bahwa AC-Milan akan menang dengan mudah dan bakal membawa pulang Thropy Liga Champion ke Negara mereka Italia. Namun apa yang terjadi dibabak kedua tepatnya 15 menit sebelum wasit meniupkan peluit panjangnya sungguh seperti diluar nalar, 15 menit yang akhirnya mengubah segalanya, membuat semua keyakinan orang yang menyaksikan pertandingan itu berubah seketika, Liverpool bermain bak “kesetanan”, mereka bermain dengan Fighting Spirit, pantang menyerah, ditambah dukungan luar biasa para suporternya yang menyanyikan lagu “You'll Never Walk Alone” tanpa henti, sehingga mereka mampu menyamakan kedudukan, dan akhirnya memenangkan pertandingan lewat drama adu penalty dengan Jerzy Dudek sebagai pahlawanya.

Banyak yang mengatakan kebangkitan Liverpool pada babak kedua justru tidak lepas dari tindakan para pemain AC-Milan sendiri, tepatnya setelah babak pertama usai dimana para pemain masuk ke ruang ganti, ketika di lorong masuk ruang ganti beberapa punggawa Milan meluapkan kegembiraan secara berlebihan, bahkan beberapa pemain Liverpool mengaku ada beberapa pemain dari AC-Milan yang mengejek mereka, padahal pertandingan belum usai. Hal itulah yang memotivasi para punggawa Liverpool untuk bisa memenangkan pertandingan.

“Serupa tapi tak sama”, itulah yang terjadi beberapa waktu yang lalu dimana Timnas Swedia U-21 bertemu dengan Timnas Prancis U-21 di leg kedua kualifikasi Euro 2015. Swedia yang kalah di Leg pertama saat bertamu ke kandang Prancis dengan skor 2-0, harus menang setidaknya dengan selisih 3 gol untuk dapat melaju ke babak selanjutnya. Harapan itu muncul ketika Swedia mampu mencetak gol ketiga dimenit 71’ yang dicetak Oscar Lewicki, Swedia pun unggul dengan aggregate 3-2 atas Prancis. namun harapan itu nyaris sirna tatkala Timnas Prancis mampu mencetak gol tiga menit sebelum waktu normal habis,Layvin Kurzawa ialah pemain yang mencetak gol kegawang Swedia melalui sundulanya. Namun ada yang aneh ketika Layvin melakukan selebrasi golnya, ia berlari ke sudut lapangan menghampiri beberapa pemain Swedia lalu memberikan penghormatan dengan mimik wajah mengejek seolah bahwa pertandingan telah usai dan merekalah pemenangnya. Ya meskipun anggregat sama 3-3 namun Prancis unggul dalam produktifitas gol karena mampu mencetak gol dikandang lawan. Pemain Swedia pun hanya terdiam seolah tidak percaya dengan gol itu.

Dan hal menarik justru terjadi setelah gol Kurzawa itu, sikap tak terpuji Kurzawa itu memantik motivasi para punggawa Swedia, alih-alih kecewa setelah kebobolan, para pemain Swedia justru langsung membangun serangan yang nyaris saja berbuah menjadi gol andai saja tidak digagalkan oleh penjaga gawang Prancis yang akhirnya hanya melahirkan sepak pojok untuk Timnas Swedia,. Tendangan pojok ini ternyata tidak disia-siakan oleh para pemain Swedia, kemelut didepan gawang akhirnya berbuah menjadi gol melalui sontekan Lewicki yang akhirnya mengubah skor menadi 4-1 dan aggregate menjadi 4-3 untuk kemenangan Swedia. Usaha Prancis untuk menjebol gawang Swedia akhirnya kandas setelah wasit meniupkan peluit panjang tanda berakirnya pertandingan. Setelah pertandingan berakhir punggawa Swedia bersorak-sorai usai memastikan lolos ke babak selanjutnya dan tidak lupa mereka membalas aksi selebrasi Kurzawa dengan memberikan hormat dengan mimik mengejek (seperti yang dilakukan oleh Kurzawa) kepada pemain Prancis yang terlanjur malu khususnya Kurzawa saat mereka akan meninggalkan lapangan.

Dalam Sepakbola apapun bisa terjadi, tim yang diunggulkan belum tentu bisa memenangkan pertandingan.Kembali kita diingatkan pada filosofi “Bola Itu Bundar”, ya apapun bisa terjadi didalam lapangan selama wasit belum meniupkan pluit panjangnya, hendaknya cerita diatas dapat menjadi pelajaran kepada setiap orang khususnya bagi para pelaku sepakbola baik pemain, pelatih, official, maupun supporter untuk menjunjung tinggi Sportifitas, karena sepakbola sejatinya adalah hiburan, dinikmati semua kalangan baik orang dewasa maupun anak-anak, sudah sepatutnyalah para pelaku sepakbola bisa menjaga attitude-nya baik dilapangan maupun diluar lapangan karena bagi sebagian orang mereka adalah idola dan panutan, khususnya bagi anak-anak yang menyukai bahkan bercita-cita menjadi pemain sepakbola.

Rujukan:

Video selebrasi disini: https://www.youtube.com/watch?v=GGLNSxAOSo0

Sumber Foto: www.101greatgoals.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline