Lihat ke Halaman Asli

Nurul Afwin

Mahasiswa Universitas Airlangga Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya

Reog dan Kuda Lumping Menyemarakkan Ulang Tahun Surabaya ke-729

Diperbarui: 9 Juni 2022   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertunjukan Seni Reog yang ditampilkan bersama sama. Dokpri

Pertunjukan Seni Kuda Lumping yang ditampilkan secara bersama sama. Dokpri

Pertunjukan seni Reog dan Kuda lumping yang dilaksanakan di Balai Budaya Alun-Alun Surabaya merupakan salah satu dari berbagai rangkaian acara yang diadakan oleh pemerintah kota Surabaya untuk memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) yang ke-729. Pertunjukan ini diadakan pada tanggal 31 Mei 2022 pada pukul 18.00 WIB. 

Kerinduan masyarakat terhadap acara pertunjukan seni setelah dua tahun absen karena pandemi seakan sulit untuk dibendung, sehingga masyarakat sangat berantusias untuk datang dan memadati Alun-Alun Surabaya.

 Bahkan sebelum pukul 18.00 WIB atau waktu pertunjukan dimulai pun, masyarakat telah membuat antrian panjang di depan pintu masuk Balai Budaya lantai satu sambil menunjukkan hasil scan Peduli Lindungi kepada penjaga pintu masuk. 

Banyak orang berebutan untuk masuk ruang teater agar terlebih dahulu mendapatkan kursi yang nyaman dan pas untuk menonton pertunjukan ini. Sebelum acara dimulai kursi penonton telah penuh.

Acara ini diawali dengan pertunjukan Reog, dilanjut dengan pertunjukan Kuda Lumping. Pertunjukan Reog ditampilkan sesuai urutan, yaitu diawali dengan tarian pemeran warok yang berjumlah empat orang, tarian Jathil yang berjumlah enam orang penari, kemudian tarian Bujang Ganong yang berjumlah lima orang, 

dan terakhir tarian oleh dua Barongan. Setelah semua urutan ditampilkan, pertunjukan Reog ditutup oleh tarian yang dilakukan bersama-sama. 

Pertunjukan Kuda lumping merupakan pertunjukan kedua dalam acara ini. Kuda Lumping juga memiliki urutan-urutan tersendiri  seperti penampilan Reog. Penampilan pertama dilakukan oleh beberapa Warok yang membawa pecut sambil mengibas-ngibaskannya dengan keras hingga suara pecut terdengar menggelegar di panggung. 

Kemudian muncul penari kuda lumping yang liar yang pada akhirnya dijinakkan oleh warok. Satu-persatu kuda lumping dijinakkan hingga keenam kuda lumping menjadi menurut pada sang Warok. Maksud dari 'menjinakkan' disini ialah membuat para penari Kuda Lumping yang awalnya menari dengan kurang teratur menjadi menari dengan lebih lembut dan menuruti sang Warok. Setelah itu enam Kuda Lumping tersebut menari bersama. 

Pertunjukkan dilanjutkan dengan kedatangan penari perempuan yang membawa wayang babi, lalu diusir oleh para penari Kuda Lumping. Penampilan paling akhir dilakukan oleh Barongan. Setelah semua penari tampil, mereka menari bersama sebagai penutupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline