Lihat ke Halaman Asli

Afwan Zaki

Interviewer, Jurnalis, Video Jurnalis, Freelancer

Ini Bagian Kedua

Diperbarui: 27 September 2022   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KETIKA LALU BERUBAH

Masih ingatkah dengan Lalu,? pemuda yang meskipun petir dilangit masih menawarkan barang dagangannya dipasar. Ternyata Lalu masih diposisi yang sama, ia berjalan menyeberangi ditengah volume kendaraan padat dibilangan Kemayoran Jakarta pusat. Tak lagi kokoh dengan pendiriannya yang mengatakan bahwa proses tak menghianati hasil, kini Lalu berjalan menundukkan kepala meskipun indranya tetap terjaga sembari menggenggam ujung kantong plastik yang berisi dagangan. Sesampai dipasar Lalu bertemu dengan Imun sahabatnya yang berpenampilan necis hidup enjoy karena sebab memiliki beberapa toko yang dikontrakan dari peninggalan orang tuanya. Perbincangan pun terjadi

"Elo gw perhatiin daristadi jalan nunduk aje, jadi masgul gue liatnye." Kata Imun 

Imun melanjutkan "eh Lal, gimane dagangan rame gak. Yang udeh udeh mau rame mau sepi elu kan orangnya semangat kenape sekarang jadi lemah begini, bokek ye.? 

"Semangat2. nenek lu kiper. Bukan begitu Mun, gw lagi banyak yang dipikirin. Kenapa ya nasib rasa2nya gak berpihak ke gw" sebut Lalu.

"Nasib, gak berpihak.. masih aja elu mah. Udeh jalanin aje. Ntar juga keliatan hasilnye" kata Imun, sembari menyodorkan kacang goreng asin dan duduk dibangku panjang depan warteg.

"Apa gw nikah aja yak Mun," tukas Lalu

Imun menatap Lalu dengan sorot mata yang teduh, berselang Lalu juga melihat ke Imun.

"Elu mau nikah sama gue, kan gw lelaki Lal" canda Imun

 

"Lu kira gw hombreng" sambar Lalu. sambil makan kacang pemberian Imun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline