Lihat ke Halaman Asli

Menguak Kemarahan dan Kesedihan bagi Kesehatan

Diperbarui: 6 September 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesedihan dan kemarahan adalah dua tuan yang menyertai hal yang tak kausukai. Jika sesuatu yang tak kausukai datang dari atasanmu, munculah apa itu kesedihan. Jika sesuatu yang tak kausukai datang dari bawahanmu, munculah apa itu kemarahan (al-hikam ali bin abi tolib).

Dari al-hikam di atas menunjukan definisi yang jenaka dengan maksud sindiran. Menyindir mental birokrat dan sikap hierarkis dalam diri manusia yang timbul atas pemenuhan kepuasan diri. Kita bisa berbuat apa saja atas sikap dan kondisi tak menyenangkan seorang bawahan, sementara kita tak bisa berbuat apa-apa atas sikap dan kondisi tak mengenakkan seorang atasan. Atasan dan bawahan itu tak hanya soal jabatan, tapi juga soal status sosial, kekuatan fisik, atau soal  mahluk dengan tuhan. Hal-hal yang membuat kita merasa memiliki superioritas (keunggulan) atau sebaliknya inferioritas (kerendahan atau rasa rendah diri). Sebagai mahluk sosial, kita dituntut untuk  bisa mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan strata sosial secara tepat dan baik, dengan tumpuan toleransi dan keteduhan hati serta fikiran. 

Apa sih itu marah dan sedih?... 

Marah adalah rasa sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb). Kemarahan berawal dari kegilaan serta ketidakpuasan dan penyesalan akan mengiringi setelahnya. Jika kita gali lebih jauh lagi apa itu kemarahan maka kita akan mengerti cara mengatasi dan tahu akibat dari kemarahan.  Sedangkan sedih adalah rasa sangat pilu di hati yang menimbulkan rasa susah. 

Akibat dari kemarahan dan kesedihan sangat berpengaruh buruk bagi kita. Kemarah dan  kesedihan mempercepat datangnya keburukan yang sesungguhnya kita hindari dan ditinggalkan ketrentaman yang sesungguhnya kita cari. Kita harus berhati-hati dalam bertingkah dan berbicara, karena hanya kita yang dapat mengendalikan. Jika kita telah nyatakan kata-kata kita dan telah kita perbuatkan dalam kelakuan, maka kita yang ada dalam kendalinya. Berapa banyak kata-kata dan perbuatan yang justru melenyapkan anugrah dan yang menyebabkan musibah.

Seseorang dalam kondisi marah dan emosi yang menekan akan mengakibatkan daya fikir menjadi melemah. Oleh karena itu Rosululloh melarang orang yang sedang dalam kondisi marah untuk memutuskan suatu perkara. Karena marah pertama kali mempengaruhi otak terlebih dahulu. Otak memproses semua tekanan emosional dan akan menyalurkan ke seluruh tubuh sehingga tubuh sulit untuk dikontrol. 

Detak jantung akan naik menjadi 180 deyut permenit, sangat jauh dari ukuran normal yang biasanya 80 denyut permenit. Kemarahan juga memiliki efek yang sama pada tekanan darah. Kemarahan dapat menyebabkan tekanan darah rata-rata 120/80 melonjak ke 220/130, kemungkinan menyebabkan serangan jantung dan stroke

Kesedihan yang mendalam juga dapat menyebabkan serangan jantung. Orang yang sedih karena ditinggal mati, pada 24 jam pertama dia akan mengalami peningkatan resiko serangan jantung sampai 21 kali. Pernyataan itu dpat dibenarkan karena kesedihan dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan pembekuan darah.

Di sisi lain kesedihan yang di ikuti tangisan dapat menyebabkan ke tidak harmonisan di paru-paru dan menghambat energi beredar ke seluruh tubuh. Karena itu kesedihan dapat menyebabkan gangguan paru-paru dan pernafasan. Selain itu kesedihan juga dapat menyebabkan kangker, kebutaan, dan ibu melahirkan bayi kecil.

Demikian saya tuliskan tentang arti, sebab dan akibat dari kemarahan dan kesedihan. Mulai sekarang kita harus bisa mengendalikan tubuh dan perasaan dengan baik, karena kesedihan dan kemarahan mengakibatkan ke tidak sesuaian sosial serta berpengaruh buruk bagi kesehatan kita.

sumber; UST. Thoriq Almunawwir




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline