Lihat ke Halaman Asli

Haftar

Guru SMP Swasta, penikmat logika jernih, visioner

Belajar pada Masyarakat Aceh dalam Menghadapi Wabah Covid-19

Diperbarui: 18 Juli 2020   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Walaupun beberapa negara di dunia kembali melaksanakan lockdown dalam menghadapi pademi virus corona atau Covid-19 yang kembali meningkat, Tapi bagi sebagian masyarakat Aceh, mungkin mempersepsikan  kondisi tersebut biasa-biasa saja dan bahkan masih  ada yang  tidak percaya dengan pademi Covid-19 yang dapat berakibat pada kematian.

Persepsi tersebut bisa jadi hal yang keliru dari sisi aspek kesehatan. Tapi bisa jadi tidak keliru,  bagi masyarakat Aceh yang mempersepsikan  hal itu biasa-biasa saja. Apalagi memang trend perkembangan peta perseberan Covid-19 dibeberapa daerah di Aceh masih termasuk zona hijau dan kuning.

Padahal angka kematian  yang disebabkan wabah corona di Indonesia setiap hari terus meningkat. Sejak pademi covid-19  yang melanda negera ini sejak bulan Maret 2020 hingga sekarang ini. 

Belum  telihat adanya trend menurun dari  jumlah masyarakat yang positif terkena wabah corona. Hal ini membuat masyarakat menjadi galau antara percaya dan tidak percaya dengan wabah ini. Bagi masyarakat Aceh kebanyakan cenderung tidak percaya dengan adanya bahaya yang mengancam keselamatan jiwa ini.

Ketidakpercayaan atau kegalauan masyarakat Aceh terhadap bahaya pademi Covid-19  dapat dibuktikan dengan beberapa kondisi kehidupan sosial di tengah masyarakat  yang masih berjalan normal. Dimana sejak mewabahnya Copid-19 sampai sekarang ini, beberapa kegiatan yang berbentuk keramaian di tengah masyarakat masih berjalan sebagaimana biasanya. 

Seperti masjid-masjid di Aceh masih dibuka untuk penyelenggaraaan sholat lima waktu. Demikian juga toko, pasar-pasar semuanya masih dibuka hingga larut malam. Masyarakat juga masih tetap melaksanakan pesta atau kenduri, pernikahan dan sunat rasul.

Jadi larangan dan aturan yang dibuat pemerintah dapat dikatakan tidak terlaksana sepenuhnya di tengah masyarakat Aceh. Kecuali di tempat-tempat pemerintahan, seperti perkantoran, rumah sakit maupun lembaga pendidikan.

Demikian pula pesantren-pesantren  yang  menyelenggarakan sekolah terpadu atau boarding school juga  tetap melaksanakan  proses belajar mengajar sebagaimana biasanya memasuki tahun ajaran baru 13 Juli 2020. Tanpa melaksanakan pembelajaran dalam jaringan.

Siswa salah satu pesantren saat diberikan pengarahan menjelang dilaksanakan proses pembelajaran tahun ajaran baru 2020 (Fhoto : Pribadi)

Bahkan masyarakat di beberapa daerah meminta agar dinas pihak pendidikan membuka kembali proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sebab mereka melihat proses belajar secara Daring (dalam jaringan) tidak efektif. Bahkan anak-anak lalai bermain gadget dengan alasan mengerjakan tugas.

Karena adanya sikap apatis masyarakat bahwa  wabah tersebut biasa-biasa saja, sehingga berbagai larangan dan aturan atau protokol yang dibuat oleh pemerintah kurang diindahkan masyarakat. Bahkan tidak jarang masyarakat melakukan hal–hal yang tergolong nekad dalam kondisi seperti sekarang ini.

Sebagai bukti sebagaimana  berita terakhir  media lokal yang  memberitakan bahwa satu keluarga dari gampong Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, mengambil paksa jenazah ayah mereka  yang meninggal di RSUZA untuk dimakamkan  sendiri secara normal. Padahal pasien, yang berinisial MI (63) itu terkonfirmasi positif Covid-19. (SERAMBI INDONESIA Kamis 16 juni 2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline