Lihat ke Halaman Asli

Fuziansyah Bachtar

Pemburu hikmah kehidupan

Cacuk Sudarijanto, Tokoh Perubahan dari Indonesia

Diperbarui: 17 Maret 2024   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari pengalaman Kazuo Inamori sebagai tokoh perubahan di Jepang, saya jadi ingin tahu apakah ada tokoh perubahan di Indonesia?

Ya, ternyata ada. Beberapa teman menyodorkan nama berikut: Pak Ignasius Jonan, Dirut KAI 2009-2014. Pak Dahlan Iskan, Dirut PLN 2009-2011. Pak Cacuk Sudarijanto, Dirut Telkom 1988-1992. Pak Emirsyah Satar, Dirut Garuda 2005-2014. Yang terakhir ini kita eliminasi karena ada catatan.

Yang menarik di antara mereka adalah Pak Cacuk, karena beliau memimpin perubahan di Telkom di masa rezim Orde Baru. Sementara yang lainnya melakukan perubahan di era Reformasi, di mana kondisi politik dan ekonomi sangat mendukung. 

Kemudian beliau juga memiliki visi ke depan dengan menginisiasi pendirian STT Telkom dan STMB Telkom di tahun 1990, yang di kemudian hari menjadi Universitas Telkom. Selain itu, beliau juga pernah ditunjuk menjadi Ketua BPPN, sebuah Badan yang ditugaskan mengelola asset bank-bank yang bermasalah di masa krisis moneter 1998.

Ada beberapa kesimpulan menarik yang bisa diambil.

Pertama, perusahaan-perusahaan yang bangkrut atau bermasalah itu *kebanyakan BUMN*. Namanya perusahaan tapi pengelolaannya tidak profesional, alias dengan system pengelolaan PNS, yang zaman dahulu terkenal dengan candaan: Datang, duduk, kerja, baca koran, kerja, istirahat siang, kerja, pulang. 

Pelayanan seenaknya, kerja tanpa SOP, inovasi tidak ada, setelah siang langsung pulang, dll dlsb. Belum lagi sudah jadi pengetahuan umum bahwa BUMN itu sapi perah penguasa. Bisa terbayang betapa susahnya transformasi di perusahaan BUMN termasuk Perumtel (nama sebelum PT Telkom). Dan kabarnya Pak Cacuk akhirnya lengser karena tidak setuju dengan keinginan penguasa.

Kedua, para tokoh perubahan itu *kebanyakan lulusan perusahaan multinasional* yang telah memiliki system pengelolaan yang baik (good corporate governance). Pak Cacuk adalah jebolan IBM. Pak Jonan jebolan Citibank. 

Mungkin cuma Pak Dahlan saja yang cuma jebolan lokal dan 'sekolah' wartawan. Namun demikian Pak Dahlan pernah bekerja di Tempo, perusahaan media cukup besar di masanya, dan membangun Jawa Pos menjadi grup media terbesar di Indonesia saat ini. Yang jelas pengalaman bekerja dan berjuang di perusahaan yang bagus, seakan menjadi bekal penting dalam memperbaiki perusahaan yang sakit.

Ketiga, *beberapa cara perubahan yang dilakukan* mereka semua untuk melakukan perubahan adalah mirip.

*Pertama betulkan sistemnya*, misalnya yang urgen adalah alat ukurnya. Itulah yang dilakukan Pak Cacuk pertama kali, karena beliau bingung ditunjuk jadi Dirut tahun 1988 tapi data Laporan Keuangan terbaru tidak ada, hanya ada yang tahun 1995. Maka itulah hal pertama yang beliau lakukan dengan memperbaiki sistemnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline