Lihat ke Halaman Asli

Fandi Sido

TERVERIFIKASI

Perempuan Indonesia Paling "Multitasking"

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

136366378918243810

[caption id="attachment_243252" align="alignnone" width="455" caption="Grafik menunjukkan prospek Indonesia sebagai sasaran iklan digital terbesar di Asia Tenggara. (Nielsen, Gravity.com)"][/caption] Perempuan memang secara lahiriah bisa multitasking, tapi untuk urusan teknologi, sifat ini banyak diteliti dengan hasil yang menarik. Perempuan di Indonesia yang diakui telah menjadi konsumen teknologi digital lebih prospektif dibandingkan laki-laki kini berada dalam statistik progresif tentang bagaimana perilaku internet dan teknologi lainnya dipadukan. Survey Nielsen yang dipublikasi akhir 2012 lalu menunjukkan bahwa secara umum, perempuan di Indonesia suka menikmati dua produk informasi dan digital dalam waktu bersamaan. Sama seperti cara kerja komputer yang bisa memproses dua atau lebih data dalam satu waktu, perempuan Indonesia sangat produktif dalam hal ini. Data yang dilingkup untuk respon konsumen terhadap iklan digital di kawasan Asia Tenggara ini menempatkan perempuan Indonesia di urutan tertinggi untuk urusan konsumsi internet dan televisi. Sangat produktif sebagai sasaran iklan yang ditayangkan lewat layar kaca ataupun banner iklan. Nielsen menuliskan, 45% dari seluruh konsumen digital Indonesia mengakses internet dan televisi dalam waktu yang sama, dan itu masih bisa ditambah dengan berbagai kegiatan lain seperti pekerjaan atau urusan rumah tangga. Perilaku internet perempuan Indonesia kebanyakan masih berpusat pada jejaring sosial, situs belanja dan wisata serta beberapa tips yang berhubungan dengan membangun karir dan rumah tangga. Bagaimana iklan tidak tertarik menyasar para perempuan digital Indonesia. Ternyata ada 85% perempuan Indonesia yang mengakses internet sebanyak setidak-tidaknya tiga kali seminggu, dengan durasi per akses sekitar 10 menit hingga 2 jam. Sementara dari keseluruhan angka itu, dua pertiganya mengakses internet lewat ponsel. Hal ini bisa dilakukan di kantor, salon, kampus bahkan rumah. Sebagai perbandingan, di Malaysia hanya 65% perempuannya yang mengakses internet dengan termin yang sama, di India hanya 50% sedangkan di Cina 77%. Sebagai negara berkembang, Indonesia dianggap paling memberi ruang bagi perempuan untuk mengakses layanan informasi dan digital. Yang menarik juga adalah, ternyata perempuan Indonesia paling responsif terhadap iklan-iklan di Facebook dan Twitter. Dua jejaring sosial dengan jumlah pengguna aktif terbesar ini sudah memosisikan Indonesia sebagai bangsa paling "cerewet" di balong status atau kicauan. Tidak mengherankan kan kalau sebanyak 62% orang Indonesia suka mengklik iklan di dua jejaring sosial di atas. Ke-kepo-an dimanfaatkan industri untuk menggaet keuntungan dan menguji strategi pemasaran. Strategi pemasaran digital di tahun 2013 diperkirakan akan lebih banyak menyasar kaum perempuan produktif yang "melek" teknologi informasi. Melek di sini diartikan sebagai memiliki perangkat pribadi, bisa menggunakan setidak-tidaknya aplikasi standar internet di ponsel dan komputer, atau memiliki preferensi soal produk dan layanan. Sebesar 14% dari total pendapatan iklan global berasal dari media digital. Di saat televisi mulai dikritik sebagai tempat berputarnya iklan-iklan yang bermasalah, internet ternyata lebih menjanjikan sebagai sumber mencari informasi sekaligus menghabiskan uang. Untuk perempuan Indonesia, sepertinya dua alat informasi ini masih akan dipakai untuk beberapa tahun mendatang. -------- Sumber: Nielsen Indonesia, Gravity Asia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline